IntiPesan.com

Risang : Remote Working Memerlukan Kepercayaan Yang Tinggi Dari Perusahaan

Risang : Remote Working Memerlukan Kepercayaan Yang Tinggi Dari Perusahaan

Sekarang ini banyak perusahaan yang menerapkan sistem remote working, sebagai kebijakan baru yang ditujukan kepada karyawan. Namun untuk menerapkan remote working harus melihat karyawan yang memang bisa melakukan remote working dan tidak.

Remote working secara umum bisa diartikan sebagai karyawan yang yang bekerja tidak di kantor. Dalam artian karyawan bisa bekerja dimana saja selain kantor, namun dengan jobdesk yang telah ditentukan dan kebijakan yang telah disepakati. Hal tersebut disampaikan oleh Agustinus Risang, Director and Head Of Human Resources Finmas, sewaktu ditemui Redaksi Intipesan pada minggu lalu di Jakarta.

“Kita bekerja tidak di kantor menurut saya itu sudah termasuk ke remote working. Apakah kita bekerja di ruma work from home, apakah kita bekerja di coffe shop, apakah kita bekerja di tempat lain yang intinya tidak di kantor, itu menurut saya sudah masuk bekerja remote working,” ungkapnya.

Dirinya kemudian menambahkan bahwa untuk menilai kinerja karyawan dengan sistem working, maka perusahaan harus menentukan terlebih dahulu suatu hal yang ingin dinilai. Kemudian membuat kesepakatan apa saja yang menjadi komponen penilaian. Setelah itu kemudian baru membuat mekanisme monitoringnya, apakah remote working karyawan dipantau setiap bulan, secara kuarter atau tahunan.

“Selama kita sudah sepakati apa yang sudah dipantau itu jelas, itu hanya tinggal monitoring saja menurut saya,” tuturnya.

Sehingga apakah seorang karyawan menjadi remote worker maupun tidak, menurut Risang sama saja seperti kebijakankerja lainnya. Hanya yang membedakan adalah bagaimana organisasi mereview dan remote. Jika review dilakukan secara face to face atau bertemu langsung. Maka remote working dilakukan secara digital seperti video call dan lainnya.

“Jadi yang berbeda adalah ketika mereka mau review atau remote. Jika review kita bisa face to face seperti ini. Kalau remote, kita bisa pakai video call,” jelasnya.

Namun untuk menerapkan remote working, akan menjadi tantangan besar, ketika perusahaan tidak bisa mempercayai karyawannya. Maka organisasi harus dilandasi kepercayaan dalam menerapkan remote working, agar lebih mudah dalam mengelola tim.

“Tantangan remote working sendiri sebenarnya adalah dari diri mindset sendiri. Kadang-kadang remote working itu kita harus percaya. Karena kalau kita tidak memiliki trust, maka kita akan susah mengelola tim kita secara remote,” ucap Risang.

Ditambahkan pula bahwa organisasi tidak terlalu terbujuk untuk melakukan micro managing. Melainkan harus pintar menerapkan kepercayaan dan mengendalikan karyawan.

“Jadi jangan sedikit-sedikit ditanya sedang apa, sedang dimana, sedang bersama siapa. Jadi kita harus pinter-pinter mencari sela dalam mengendalikan, jangan terlalu micro managing, kemudian rasa percayanya juga kita kelola,” tegasnya.

Selain itu organisasi juga harus bisa melihat dari sisi timezone. Dalam artian, manajemen harus mengetahui kapan waktu yang tepat untuk menghubungi karyawan, termasuk jika dalam jarak sangat jauh dan memiliki waktu wilayah yang berbeda.

“Karena terkadang kita berada dalam time zone GMT 7 tapi tim di GMT 8. Nah, kita kita juga harus sensitive soal itu. Jangan sampai di sini jam delapan pagi kita call, ternyata disana jam lima pagi, atau sebaliknya. Itu saja sih menurut saya yang mesti diperhatikan,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Risang memaparkan untuk menilai apakah remote working berjalan baik atau tidak, bisa dilihat dari progress karyawan berdasarkan goals, KPI atau OKRnya.

“Kalau kita sepakati goals, KPI atau OKR diawal, kemudian kita sudah sepakati mekanisme reviewnya seperti apa apakah bulanan, harian, tahunan ataupun semesteran, ya kita tinggal lihat progresnya. Kalau ternyata progresnya sesuai dengan yang telah disepakati digoalsnya, itu fine. Tapi kalau ternyata progresnya kurang atau tidak sesuai dengan yang telah disepakati harus cepat-cepat kita intervensi. Tapi kalau ternyata progresnya lebih dari apa yang kita harapkan berarti goalsnya kita set lagi, mugnkin terlalu mudah untuk dicapai. Sebenarnya tidak jauh berbeda dengan performance management karayawan yang ada di kantor. Cuma bedanya biasanya kita face to face, dan sekarang kita bisa menghubungi via telpon atau video call, itu saja,” jelasnya panjang.

Kemudian dari sisi perusahaan sendiri, ketika manajemen sudah setuju dengan remote working, maka yang perlu disiapkan adalah support dari perusahaan. Karena remote working itu butuh investasi di teknologi. Maka dari itu organsiasi harus menyediakan fasilitas, untuk mendukung karyawan menerapkan remote working.

“Misalnya, memberikan laptop, atau alat-alat lainnya. Ini supaya karyawan yang bekerja remote working itu bisa bekerja dimana saja,” katanya.

Kemudian alat konektivitas juga perlu untuk diberikan seperti fasilitas wifi dan lainnya. Juga tidak lupa untuk terus melakukan sistem monitoring dengan baik. Dimana system performance yang diterapkan, harus bisa menjembatani remote working tersebut.

“Karena tidak semua sistem itu bisa menjembatani remote working,”tutupnya.(Artiah)