Menghadapi Masa Krisis Dengan Cara Upskilling Karyawan
Jauh sebelum terjadinya krisis yang diakibatkan oleh merebaknya Covid29, banyak organisasi mulai melihat kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan digital karyawan mereka. Karena dengan memiliki tenaga kerja yang memiliki kemampuan digital adalah keuntungan besar dalam lanskap bisnis modern, hal tersebut juga didukung berbagai fakta bahwa selama masa pandemi proses kerja jarak jauh saat ini menjadi tumpuan organisasi. Sehingga membuat banyak organisasi yang kemudian mulai memfokuskan pada peningkatan keterampilan karyawan mereka. Ini tentunya telah membuat organisasi menjadi lebih siap untuk menghadapi badai yang sedang berlangsung.
Banyak perusahaan saat ini yang mengalami penurunan dalam aktivitas bisnis, dan salah satu langkah yang mereka tempuh selama masa ketidakpastian ekonomi adalah dengan menekan pengeluaran ataupun pembiayaan yang kurang penting. Namun demikian di masa tersebut mereka juga harus mengambil keputusan untuk meningkaykan ketrampilan karyawan mereka, agar mampu bertahan di era ketidakpastian. Ada tiga cara yang bisa ditempuh diantaranya adalah :
1.Meningkatkan Ketrampilan Talent
Banyak perusahaan ataupun organisasi lebih menyukai untuk merekrut orang baru, guna mengatasi kesenjangan keterampilan. Namun demikian ini bukanlah satu-satunya alternatif terbaik terutama di masa krisis karena pandemi. Karena karyawan baru membutuhkan waktu lama untuk menyesuaikan diri dengan organisasi dan prosesnya. Bahkan jika mereka memiliki keterampilan yang tepat, mereka mungkin belum memiliki hubungan yang baik ketika harus bekerjasama dalam tim. Dalam penelitian yang dilakukan oleh the World Economic Forum tentang Future of Jobs Report menyebutkan bahwa 54% dari semua karyawan yang dimiliki organisasi, pada suatu titik membutuhkan peningkatan keterampilan yang signifikan setidaknya hingga tahun 2022.
Dengan demikian pilihan utuk melatih tenaga kerja yang sudah ada dari perusahaan, jelas merupakan alternatif terbaik dalam upaya memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja di masa depan Daripada mereka harus merekrut tenaga kerja baru lagi. Selain itu mengatasi kesenjangan keterampilan digital nantinya lebih merupakan proses yang berkelanjutan dan sering merupakan proses yang panjang dan tidak pernah berakhir. Karena alasan itu, afinitas untuk belajar dan komitmen terhadap tujuan jangka panjang organisasi, jauh lebih berharga daripada keterampilan yang sudah ada.
Untuk meningkatan ketrampilan karyawan, organisasi harus menawarkan peluang pengembangan dan kemajuan karier, sembari mengembangkan budaya pembelajaran yang berkelanjutan. Budaya perbaikan yang positif ini harus membuat setiap karyawan terlibat secara aktif, dan dapat dengan cepat memperoleh keterampilan baru ketika dibutuhkan.
Dalam proses tersebut, komunikasi yang jelas adalah kunci keberhasilan. Meskipun ini bisa lebih sulit ketika sebagian besar tenaga kerja harus bekerja secara remote dan memiliki sedikit waktu untuk bertemu, namun setidaknya para pemimpin masih dapat menjangkau karyawan melalui sarana digital untuk mengetahui keterampilan apa yang mereka lewatkan dan cara terbaik untuk melatih mereka. Membuat perencanaan yang baik dan jelas ke depan, dan memastikan mereka semua memiliki pandangan yang sama dengan tujuan perusahaan tentunya akan mempermudah proses ini.
2.Memotivasi
Dalam menghadapi masa krisis kepemimpinan yang baik sangat penting untuk keberhasilan upaya peningkatan keterampilan. Tetapi karyawan juga harus memotivasi diri mereka sendiri. Upskilling adalah tanggung jawab mereka sendiri sama seperti tanggung jawab perusahaan. Selain terlibat dalam inisiatif pengembangan profesional organisasi, karyawan harus didorong untuk mencari peluang upskilling sendiri.
Terutama di saat-saat bisnis sedang mengalami perlambatan, karyawan harus diizinkan untuk mengembangkan keterampilan mereka dan mencari sertifikasi baru. Mereka kemudian harus diberi kesempatan dan platform untuk berbagi apa yang mereka pelajari dengan rekan kerja mereka. Pengaturan ini memiliki dua manfaat dari menyebarkan pengetahuan baru di seluruh organisasi, sambil memberi rekan kerja kesempatan untuk tetap terkoneksi satu sama lain.
Selain itu karyawan dapat diberikan waktu untuk mengerjakan proyek yang mereka pilih, bahkan jika mereka tidak terkait langsung dengan tugas-tugas biasa mereka. Hal yang sama juga dilakukan oleh Google dengan memberikan kesempatan kepada karyawannya untuk meluangkan 20% dari waktu mereka, untuk bekerja pada proyek di luar pekerjaan perusahaan. Walaupun telah ada beberapa kontroversi tentang apakah perusahaan benar-benar memberikan karyawannya waktu dan kebebasan sebanyak itu, namun tidak ada kontroversi bahwa strategi ini telah menghasilkan beberapa hasil yang sangat baik. Seperti dengan muncullnya ide Gmail, Google Maps, dan Google News, dimana semuanya diawali dari proyek sampingan.
Tentu saja tidak semua perusahaan harus sepenuhnya mengadopsi pendekatan Google, namun setidaknya hal ini memungkinkan karyawan untuk bekerja pada proyek lintas-departemen yang menarik minat mereka. Sehingga ini akan mendorong inovasi dan kerja tim.
3.Membuat Rencana
Meskipun saat krisis merupakan masa-masa sulit, organisasi tetap dapat memanfaatkan situasi yang tidak menguntungkan dengan membangun infrastruktur online yang akan melayani kebutuhan peningkatan perusahaan selama bertahun-tahun yang akan datang. Seperti diantaranya dengan menyiapkan kursus online internal, webinar, dan proyek berbasis tim harus menjadi prioritas utama saat bisnis sedang lambat.
Sehingga ketika pandemi COVID-19 telah berlalu dan bisnis kembali meningkat, organisasi dapat memanfaatkan sebagian besar waktu yang ada untuk tetap berada di posisi terbaik dengan memanfaatkan peluang yang datang dengan pemulihan secara cepat. Selain itu mereka akan memiliki sistem dan infrastruktur untuk mengatasi kesenjangan keterampilan di masa depan. Kemampuan ini akan terus mendorong mereka untuk semakin meningkat dan menuju ke arah kesuksesan, bahkan jauh setelah krisis berakhir.
Sumber/foto : grantthornton.co.th/cabem.com
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS