Mendesain Kompensasi Itu Harus Berdasarkan Bisnis Model Yang Dijalankan Oleh Perusahaan
Secara umum pengertian kompensasi berkaitan dengan imbalan-imbalan finansial atau biasa disebut financial reward yang diterima oleh orang-orang melalui hubungan kepegawaian mereka dengan sebuah perusahaan. Bentuk kompensasi yang berupa finansial ini bisa diberikan kepada karyawan secara langsung maupun tidak langsung. Di mana karyawan menerima kompensasi dalam bentuk-bentuk non moneter. Untuk saat ini membuat kebijakan kompensasi benefit di perusahaan, memang cukup challenging. Karena ada banyak generasi yang ikut terlibat dalam organisasi, dan masing-masing memiliki harapan tersendiri tentang hal itu. Pendapat tersebut disampaikan oleh P. Swasono Satyo N, Chief Human Resources Officer Sinar Mas Mining dalam kesempatan wawancara kepada Redaksi Intipesan seusai menyampaikan sesinya pada Seminar The 6th Indonesia HR Director yang berlangsung pada Selasa (18/2) di Ritz Carlton Jakarta.
Swasono menambahkan bahwa yang terpenting adalah bagaimana cara mendesain kompensasi itu berdasarkan bisnis model dari tempat perusahaan kita melakukan bisnisnya. Apakah bisnis model pro adaptis, ataukan sudah mengarah ke solution dan platform atau bahkan menuju yang disebut multisided model bisnis. Karena ini akan berbeda-beda rincian kompensasi dan benefit yang mau kita ciptakan.
“Pro adaptis masih percaya kepada konsep performance based, tetapi kalau sudah solution dan platform itu sudah mulai ke OKR atau project based atau dikenal sebagai sistem holakrasi. Dimana recognize individu dan tim itu menjadi sangat dominan, organsiasi menjadi agile kemudian mereka lebih ingin direcognize baik secara individu maupun secara tim,” jelasnya.
Lebih jauh dijelaskan pula bahwa implementasinya merupakan hal yang paling penting, dan ini dilakukan dengan menyederhanakan bisnis model. Sehingga tradisional atau konvensional bisnis model untuk tetap menggunakan performance based. Tetapi untuk kelompok kedua yang R&D dan Tag platform itu sudah harus menggunakan sistem yang bahwa ada konsep antara project based. Kemudian ada juga konsep bagaimana menyederhanakan bisnis proses mulai dari komponen benefit, fasility, inklusif, diversity dan fasilitas-fasilitas yang lain. Misalnya fun, model fleksibel working hours atau working space. Salah satunya adalah menggabungkan mereka semua, sehingga model compensation benefit tidak hanya berkisar kepada benefit itu sendiri, tetapi juga meliputi semua hal.
“Jasi saran saya adalah dengan mulai mempelajari terlebih dahulu, kemudian mendeskripsikan dan mulai membangun kriteria itu sendiri. Karena di situ baru mulai ada alignment antara baby boomers , gen x, gen w dan milenial itu sendiri.” tutupnya.(Artiah)