Membangun Tim Kerja yang Tangguh di Masa Krisis Melalui Empati
Ada pepatah Jepang kuno yang berbunyi: “Jatuh tujuh kali, berdiri delapan kali.” dan sebagai manusia, kita adalah spesies yang cukup tangguh melalui beragam masa krisis, seperti epidemi, bencana global hingga kepada perang berskala global. Karena itulah kita bisa tetap bertahan hidup hingga sekarang.
Kemampuan manusia untuk berkembang dalam situasi sulit dan selalu muncul lebih kuat dari masalah. Dalam menghadapi situasi sulit seperti sekarang ini ketangguhan (resilient) telah menjadi kunci selama beberapa bulan terakhir khususnya.
Ketika pandemi COVID-19 menghancurkan dunia kita, perusahaan dipaksa untuk beradaptasi atau mati. Secara kolektif, pengusaha dan karyawan bekerja sama untuk menemukan solusi nyata bagi krisis, mengandalkan teknologi dan empati untuk mengatasinya dan sekarang adalah saatnya setiap orang untuk beralih dari mode reaktif ke mode konservatif.
Dengan kata lain organisasi membutuhkan karyawan yang tangguh lebih dari sebelumnya. Untuk membantu organisasi dalam mengatasi masa-masa sulit tersebut, HRD telah menemukan beberapa cara terbaik untuk membangun tim yang tangguh dengan cepat dan efektif.
Sebuah laporan baru dari Aon, perusahaan konsultan bisnis menemukan bahwa hanya 30% karyawan yang menganggap diri mereka tangguh, dan ini tentunya mengkhawatirkan ketika banyak pemimpin menganggap bahwa setidaknya karyawan dengan ketahanan yang buruk 55% kurang terlibat di tempat kerja.
Ada dua peran ketahanan di tempat kerja ; pertama untuk membantu organisasi secara keseluruhan, dan kedua untuk menjaga produktivitas dan kesejahteraan mental staf. Dengan membangun ketahanan individu, pengusaha melindungi kepentingan masa depan mereka. Karyawan yang tangguh akan banyak membantu mereka dalam melewati masa-masa sulit. pemahaman tentang cara mengurangi stres yang tidak diinginkan dan menggunakan pelatihan kognitif untuk tidak hanya bertahan dalam kekacauan, juga sangat penting untuk dipelajari ketika organisasi mengalami masa krisis.
Hingga saat ini tidak ada yang bisa memprediksi dampak COVID-19 terhadap masyarakat dan orgganisasi secara luas. Setiap aspek kehidupan kita berubah dalam hitungan hari – membuat karyawan stres, cemas, dan depresi. Organisasi yang sudah memiliki budaya ketahanan yang tertanam dalam sistem nilai mereka merasakan perubahan yang nyata lebih sedikit daripada yang tidak.
Mungkin aspek terpenting dalam membangun ketahanan karyawan adalah memimpin dengan empati sejak awal. Kemampuan untuk berempati adalah sifat kepemimpinan yang relatif baru, tetapi sangat populer selama pandemi.
Faktanya, 92% karyawan mengklaim bahwa mereka akan bertahan di perusahaan jika manajer mereka menunjukkan lebih banyak empati. Terlebih lagi, untuk pekerja yang saat ini terlibat, mereka akan 59% lebih kecil kemungkinannya untuk meninggalkan peran mereka jika atasan mereka menunjukkan sedikit perhatian.
Dalam situasi seperti sekarang ini kesejahteraan mental menjadi hal penting dalam organisasi. Sehingga mempraktikkan pengendalian diri dan menjaga keseimbangan kehidupan kerja yang baik akan sangat penting, apabila seseorang menghadapi stres di tempat kerja.
Menurut Kathryn Torangeau, senior people & culture manager di Wave Financial, mengungkapkan mengenai pentingnya menjaga pikiran dan tubuh seseorang di masa krisis.
“Setiap orang harus memahami betapa pentingnya memahami irang lain ketika terjadi krisis, karena sejujurnya di tengah pandemi seperti sekarang ini, kehidupan masih akan terus berlanjut untuk kita semua,” jelasnya.
untuk itu dirinya menyarankan agar setiap orang mulai dengan menjaga kesehatan mental diri sendiri. Karena ini adalah momen seperti ketika kita memakai masker oksigen dan kita harus mengenakannya pada diri sendiri terlebih dahulu untuk mendukung orang lain.
Itu bisa dilakukan melalui pengendalian diri dan menjaga kesehatan mental dan fisik secara teratur, seperti misalnya dengan melakukan jalan kaki setiap pagi, menjalani sesi terapi ekstra untuk membuat diri kita menjadi lebih rileks dalam menghadapi stuasi sulit.
Memang dalam situasi sulit beban kerja setiap orang akan meningkat dua kali lipat selama beberapa bulan terakhir. Sehingga kerja jarak jauh menjadi suatu keharusan yang harus dijalani, namun demikian WFH juga telah menyebabkan peningkatan lembur dan semakin berkurangnya waktu untuk beristirahat.
Sebagai seorang pemimpin, kita tentunya perlu memberikan tunjangan bagi karyawan yang berjuang dengan manajemen waktu dan harapan bagi klien. Untuk itu setiap pemimpin perlu memastikan bahwa dirinya telah memberikan empatinya kepada para karyawan.
Dengan demikian kita harus selalu sering melakukan komunikasi dengan tim setiap minggu untuk memahami situasi masing-masing. Jika mereka mengalami kesulitan dalam kehidupan pribadi mereka, jika tekanan isolasi telah menimpa mereka, buat tenggat waktu mereka lebih fleksibel. Kalau tidak tentunya organisasi akan menghadapi masalah besar dengan produktivitas.
Salah satu cara termudah, termurah, dan paling efektif untuk meningkatkan ketahanan karyawan Anda? Coba ucapkan ‘terima kasih’. Apresiasi sering diabaikan dalam periode stres – terutama ketika tim Anda bekerja dari jarak jauh. Tapi sekarang, di masa yang tidak pasti ini, ini sangat penting.
Sebuah laporan baru-baru ini dari Reward Gateway menemukan bahwa 75% karyawan percaya bahwa motivasi akan meningkat jika atasan mereka lebih sering berterima kasih kepada mereka. Terlebih lagi, 60% karyawan benar-benar menghargai pengakuan seperti halnya uang – dengan tambahan 40% mengakui bahwa mereka akan berusaha lebih keras dalam pekerjaan mereka jika manajer mereka menunjukkan penghargaan.
Menurut Alex Hattingh, chief people officer di Employment Hero, mengungkapkan setiap pemimpin harus mampu menanamkan pengakuan dalam budaya perusahaan untuk meningkatkan ketahanan secara keseluruhan.
“Menyampaikan penghargaan mutlak harus dilakukan sesuai dengan waktu; dan tidak boleh hanya berdasarkan penilaian secara terjadwal setiap tiga bulan atau setiap tahun – itu harus dilakukan pada hari itu. Sebagai pemimpin SDM, COVID-19 telah membuat saya memikirkan kembali bagaimana saya dapat mengakomodasi kebutuhan tim saya yang terus berkembang.” jelasnya.
Sumber/foto : hcamag.com/crushpixel.com
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS