Membaca sebagai Jalan Keluar dari Pembatasan Sosial bagi Anak hingga Dewasa
Oleh
Sri Tiatri, Ph.D., Psikolog
Ketua Kompartemen Pengembangan Profesi Psikologi dan Kode Etik
PP HIMPSI
Salah satu solusi dalam penanganan Pandemi COVID-19 adalah Pembatasan Sosial Berskala Besar. Pembatasan Sosial Berskala Besar yang mulai diterapkan di beberapa Provinsi, secara fisik membatasi pergerakan manusia. Orang dan keluarga-keluarga mengisolasi diri, tidak keluar kamar atau rumah, karena menjaga diri untuk tidak menulari atau ditulari orang lain.
Dalam kondisi pembatasan sosial ini, sebagian orang merasakan kegelisahan karena merasakan keterbatasan gerak, aktivitas, dan pertemuan dengan orang lain. Namun sebagian orang lainnya merasakan kenyamanan dan kenikmatan dalam kondisi keterbatasan.
Perbedaan antar kedua kelompok orang tersebut adalah pada cara mempersepsi, cara meng-alami dunia, serta pada cara berkegiatan mereka. Orang yang mempersepsi dunia secara positif, orang yang meng-alami dunia melalui keinginan belajar yang kuat tentang dunia, dan orang yang ingin berkomunikasi dengan dunia yang lebih luas, akan merasakan kehidupan dalam isolasi sebagai ketersediaan kesempatan yang luas untuk belajar lebih banyak, meng-alami dunia lebih banyak, dan berkomunikasi dengan dunia yang lebih luas.
Misalnya, seorang yang ingin memiliki wawasan dan minat luas, dapat mempelajari berbagai hal mengenai negara-negara yang maju saat ini. Mereka dapat mempelajari sejarah negara itu, budaya negara itu, termasuk mempelajari bahasanya. Jalan menuju kepemilikan kemampuan yang luas itu adalah dengan membaca.
Membaca adalah alat yang sangat penting, yang membuka wawasan manusia lebih dari sekadar yang ada di sekitarnya. Membaca adalah alat komunikasi antara pembaca dan penulis, yang memungkinkan pembaca berkomunikasi dengan penulis untuk mendapatkan pencerahan. Membaca adalah keterampilan yang sangat krusial dimiliki oleh semua tahapan perkembangan. Pembatasan sosial menyediakan kesempatan luas bagi individu dan keluarga untuk menikmati proses membaca bagi segala usia.
Pada tahun 1983, Jeanne Sternlicht Chall, seorang Psikolog dari Harvard Graduate School of Education mengajukan 5 tahap perkembangan membaca mulai dari (0) pra-membaca, (1) membaca permulaan, (2) konfirmasi, kelancaran, dan lepas dari keterikatan [terhadap ejaan], (3) membaca untuk belajar hal baru, (4) keragaman pandangan, dan (5) konstruksi dan rekonstruksi. Chall mengajukannya dalam konteks pendidikan membaca.
Ide Chall mengenai tahapan dalam perkembangan membaca itu relevan untuk menjadi pedoman dalam menerapkan pembelajaran membaca dalam kondisi pembatasan sosial saat ini. Keterampilan membaca akan menjadi bekal berharga bagi kehidupan individu di masa depan.
Bagi orang tua yang memiliki anak di bawah enam tahun, cukup banyak yang dapat dilakukan untuk membawa anak ke dalam proses mahir membaca di kemudian hari. Chall menyebutnya sebagai tahap nol atau pra-membaca. Pada masa ini orang tua dapat memperkenalkan keterampilan-keterampilan yang mendasari proses membaca. Melalui percakapan dengan anak, orang tua memperkenalkan bahasa dan suara-suara yang membentuk bahasa. Demikian juga melalui lagu, dongeng, dan cerita tentang benda-benda menarik di sekitar anak. Masa ini adalah masa pesat penyerapan kosa kata. Apabila anak sudah dapat duduk di pangkuan, anak dapat diajak membaca buku bersama. Kedekatan yang tercipta saat anak dan orang tua membaca buku bersama akan memberikan manfaat lebih dari sekedar membaca, yaitu kedekatan hubungan. Tidak terkira manfaat dari kebersamaan dalam cara membaca ini.
Bagi orang tua yang memiliki anak yang duduk di kelas satu dan dua Sekolah Dasar, inilah rentang waktu untuk membina anak mengenali hubungan yang lebih jelas bahwa semua huruf adalah simbol dari suatu bunyi. Chall menyebut tahap kesatu ini sebagai tahap membaca permulaan. Membaca sambil bernyanyi bersama, bermain tebak huruf, bermain tebak kata, dan membaca buku-buku cerita sederhana dapat menjadi alat yang efektif untuk melancarkan keterampilan asosiasi antara lambang dan bunyi.
Apabila orang tua mengasuh anak yang duduk di kelas dua dan tiga sekolah dasar, maka orang tua dapat menuntun anak melancarkan proses membacanya, dengan mencari cerita-cerita sederhana dari berbagai sumber. Chall menyebut tahapan ini sebagai tahap kedua yaitu konfirmasi, kelancaran, dan lepas dari keterikatan [terhadap ejaan]. Kelancaran dapat dicapai jika anak sering mendapatkan kesempatan untuk melakukannya. Pada umumnya, anak usia ini sudah mulai menyukai kegiatan membaca mandiri.
Apabila orang tua memiliki anak kelas empat SD sampai dengan SMP, maka berarti orang tua sedang menghadapi anak yang berada dalam tahap ketiga perkembangan membaca, yang disebut oleh Chall sebagai tahap membaca untuk belajar hal baru. Membaca menjadi sarana untuk mempelajari hal baru. Orang tua yang dengan sabar membentuk keterampilan dan minat membaca pada tahap nol sampai dengan dua, akan memetik buah kesabaran mereka pada masa ini. Anak-anak sudah dapat mandiri mencari bacaan-bacaan yang diminatinya, dan membaca untuk memperluas wawasannya.
Perkembangan membaca tahap keempat disebut Chall sebagai tahap keragaman pandangan. Remaja yang duduk di bangku SMP akhir dan SMA ada pada tahap ini. Remaja mulai membaca bacaan yang lebih kompleks, remaja mulai bertanya-tanya dan menganalisis bacaannya, memahami adanya tinjauan atau pandangan yang beragam dari berbagai pihak, bahkan kadang berpikir kritis terhadap bacaannya. Orang tua dapat menemani remaja kritis ini untuk mendiskusikan pemikiran-pemikirannya.
Hal penting dalam masa ini adalah kesediaan untuk saling mendengarkan dan memahami pendapat teman diskusi. Sambil duduk makan siang bersama, orang tua dapat memancing pendapat remaja dengan menceritakan bacaan yang telah dibaca orang tua. Dengan pancingan ini, mengalirlah diskusi di meja makan, yang akan mengasah terus kemampuan komunkasi dan berpikirnya.
Bacaan yang dapat diperkenalkan kepada remaja ini adalah sejarah, biografi, ilmu sosial, serta ilmu yang dapat berkaitan dengan pengenalan dirinya. Buku-buku psikologi remaja juga dapat menjadi bacaan remaja untuk mengenali ciri-ciri remaja yang mempertanyakan ketidaknyamanan normal yang dialaminya. Perkenalan terhadap keragaman pandangan tentang manusia dan sejarah manusia dapat meningkatkan pemahaman mengenai dirinya.
Ketika individu sudah menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas, saat duduk di bangku kuliah, individu memasuki tahap kelima yang disebut oleh Chall sebagai tahap kelima, konstruksi dan rekonstruksi. Pada tahap ini, individu dapat melakukan analisis dan sintesis lebih dalam terhadap hal-hal yang dibacanya. Dalam keluarga, acara makan malam dapat diisi dengan percakapan yang membahas bahan bacaan mengenai dunia.
Pada individu-individu dewasa dan lansia, membaca adalah jalan untuk mempelajari berbagai pengalaman individu di berbagai belahan dunia lain. Membaca menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan yang memperkaya perbendaharaan solusi permasalahan dalam kehidupan. Bagi lansia, membaca dapat menjadi bagian dari upaya memelihara kemampuan berpikir yang senantiasa perlu dilakukan.
Berdasarkan uraian di atas, keterampilan membaca adalah jalan keluar dari pembatasan sosial, bagi semua orang dalam seluruh tahap perkembangan. Pembatasan sosial membatasi pergerakan fisik manusia, tapi tidak membatasi kemampuan manusia untuk melintasi batas-batas fisik, menjadikan manusia yang mampu memahami dunia secara lebih luas, mampu berpikir dan memahami berbagai pandangan, dan menghasilkan manusia-manusia yang bijaksana, yang mampu berpikir di tingkat yang lebih universal.
Manfaat membaca tidak terbatas hanya pada perluasan wawasan. Dengan membaca, individu dari berbagai usia memiliki perbendaharaan cerita untuk dituliskan dalam cerita baru. Membaca dapat menciptakan penulis yang kaya bahasa. Ribuan penulis dapat tercipta dari ke ribuan pembaca.
Walaupun membaca penting, ada hal penting lain yang perlu diperhatikan dalam konteks masa tanggap darurat COVID-19 ini, yaitu pentingnya melakukan aktivitas olahraga. Membaca cenderung membuat individu diam pada satu posisi, dan tentunya dapat menyebabkan kekakuan dan kekuranglancaran metabolisme tubuh. Karena itu, membaca perlu disertai dengan kegiatan-kegiatan lainnya seperti olah raga, makan makanan sehat, dan diskusi dengan rekan atau keluarga, yang pada saat ini dapat juga dilaksanakan melalui jaringan internet. Selamat membaca.
Sumber/foto : himpsi.or.id/lifehack.org