Lima Strategi Kunci Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0
Dalam sebuah laporan tahunan kedua Deloitte disebutkan bahwa ukuran kesuksesan adalah ketika mereka mampu menghadapi tantangan Revolusi Industri 4.0. Untuk itu Deloitte kemudian melakukan penelitian yang melibatkan 2000 responden para top eksekutif di 19 negara, dalam mengidentifikasi empat pendekatan kepemimpinan yang akan dibutuhkan guna menghadapi Revolusi Industri 4.0.
Secara khusus mereka menyoroti empat model kepemimpinan yang akan berperan dalam Revolusi Industri 4.0, diantaranya adalah Social Supers, atau komitmen untuk berbuat baik, Data-Driven Decisives yakni proses pengambilan keputusan berdasarkan data, Disruption Drivers berupa keberanian mengambil keputusan untuk jangka panjang dengan mempertimbangkan tren yang akan terjadi di masa depan. Kemudian Talent Champions yakni proses pengembangan talent atau SDM yang siap pakai dan mampu bertahan dalam disrupsi.
Survei tersebut kemudian berhasil mengungkapkan bahwa dampak sosial (34%) adalah faktor terpenting yang digunakan pemimpin bisnis untuk mengukur keberhasilan. Hal tersebut juga meliputi kinerja keuangan (17%) dan kepuasan karyawan (17%). Selain itu lebih dari setengah dari para eksekutif yang disurvei (53%) menyebutkan bahwa upaya dampak sosial yang diakibatkan oleh keputusan mereka ternyata dapat meningkatkan pendapatan baru.
Lebih jauh studi ini juga memberikan pemahaman tentang Supers Sosial, yakni para pemimpin yang telah menunjukkan keberhasilan dalam “melakukan hal yang baik dengan sempurna” dan mampu meningkatkan pendapatan secara signifikan melalui pengembangan produk atau layanan baru yang berbasis pada kesadaran sosial atau lingkungan yang lebih baik. Mereka 12% lebih cenderung mengutip bahwa komposisi tenaga kerja yang ada telah dipersiapkan untuk proses transformasi digital, dan menunjukkan kemauan yang jauh lebih besar untuk melatih pekerja mereka (54% vs 37%).
1.Menentukan Strategi Tepat
Sepertiga dari pemimpin eksekutif tersebut menyatakan bahwa kurangnya visi kepemimpinan sebagai tantangan utama yang dihadapi organisasi mereka, dalam melakukan proses adaptasi terhadap strategi bisnis untuk memenuhi kebutuhan masa depan. Lebih lanjut hanya 29% eksekutif yang mempercayai bahwa organisasi mereka telah mendefinisikan proses pengambilan keputusan dengan jelas, sehingga hal ini menjadi panduan strategi bagi mereka dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0.
2.Pengambilan Keputusan Berbasis Data
{engambilan keputusan dengan berpedoman pada data yang ada, diyakini akan dapat mengatasi berbagai hambatan yang mungkin akan mereka hadapi di Revolusi Industri 4.0. 62% dari para pemimpin tersebut sangat setuju bahwa mereka siap untuk memimpin organisasi mereka, dalam memanfaatkan peluang yang terkait dengan Industri 4.0 — hampir dua kali lebih banyak dari pemimpin lainnya (32%) yang disurvei.
3.Teknologi Akan Mengganggu Proses
Sebagian besar pemimpin eksekutif mengatakan bahwa mereka lebih cenderung berinvestasi dalam teknologi Industry 4.0, untuk melindungi diri dari kemungkinan adanya disrupsi yang dapat mengganggu pasar ataupun industri lain (67% berbanding 33%). [endekatan defensif ini berasal dari anggapan bahwa apabila mereka terlalu fokus pada hasil dalam jangka pendek, akan menyebabkan kurangnya pemahaman tentang teknologi dan juga menurunkan ragam pilihan teknologi yang bisa dipergunakan untuk menunjang proses produksi mereka.
4. Pencetus Dirupsi
Faktor yang mempengaruhi timbulnya disrupsi diyakini oleh sebagian besar responden adalah adanya peluang tumbuhnya berbagai inovasi baru, yang pada akhirnya juga berperan dalam menunjang pertumbuhan bisnis mereka. Ini kemudian akan mendorong eksekutif untuk berinvestasi dalam teknologi dengan fokus yang jelas untuk meningkatkan pasar mereka. Para eksekutif juga lebih cenderung mengatakan bahwa mereka merasa siap untuk memimpin di era Industri 4.0 (45% versus 32%) dan lebih yakin organisasi siap untuk menghadapi berbagai peluang yang terkait dengan Revolusi Industri 4.0.
5. Membangun Skill
Dalam menyatakan pendapatnya mengenai tenaga kerja untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0, lebih dari setengah pemimpin (55%) menyoroti ketidakcocokan yang signifikan antara keahlian SDM dengan kemampuan yang dibutuhkan di masa depan, kemudian 25% masih lebih suka mempekerjakan karyawan baru daripada melatih kembali tenaga kerja mereka saat ini. Sebagian lagi (57%) menyatakan masih percaya bahwa sistem pendidikan tidak cukup baik dalam mempersiapkan pekerja yang masuk, sehingga kemungkinan terjadinya ketidakcocokan antara keahlian dengan keinginan organisasi menjadi semakin besar.
Hal ini juga membuat para responden mengharapkan adanya talent champion memiliki keterampilan yang dibutuhkan oleh organisasi atau perusahaan dengan tepat. Oleh karena itu mereka kemudian berusaha memikul tanggungjawab tersebut dengan melatih ketreampilan karyawan mereka untuk menghadapi masa depan pekerjaan (51% berbanding 41%). Mereka juga lebih cenderung berinvestasi dalam teknologi untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi persaingan yang akan timbul pada Revolusi Industri 4.0 (42% berbanding 32%).
Sumber/foto : humanresourcesonline.net/richtopia.com
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS