Lima Cara Mengatasi Perilaku Pasif-Agresif
Seorang trainer umumnya menghabiskan banyak waktu bekerja dengan tim kepemimpinan tentang strategi dan akuntabilitas. Tugasnya adalah membantu tim mengembangkan dan menyetujui serangkaian prioritas dan tindakan, , kemudian mendorong komitmen dan proses akuntabilitas untuk diterapkan.
Perilaku pasif-agresif adalah salah satu tantangan yang dihadapi tim mana pun. Seseorang dengan perilaku ini akan dengan cepat merusak kesuksesan tim dan bisa mengakar sampai ke bawah. Jika tidak segera diatasi,perilaku ini akan menggerogoti budaya tim.
Perilaku pasif-agresif terjadi ketika seorang angggota tim setuju dengan rencana yang akan dibuat, dan bersikap menyenangkan pada saat itu. Namun setelah rencana dibuat dan dijalankan, dia tidak setuju dan berupaya untuk menggagalkan dan menyabot rencana tersebut. Biasanya perilaku tersebut ditunjukkan dengan bahasa yang membela dirinya dan menghindar, malah menunjukkan masalah yang lain atau menimpakan kesalahan kepada orang lain.
Berikut ini adalah lima langkah untuk membantu meminimalkan dampak perilaku ini pada tim.
1.Katakan yang sebenarnya
Meskipun tampak mudah, tindakan ini sebenarnya cukup sulit. Seseorang yang berperilaku pasif-agresif pintar membelokkan masalah dan mengangkat masalah lain untuk mengalihkan perhatian tim. Jika tidak hati-hati,kita akan jatuh ke dalam perangkapnya.
Perhatikan dua hal. Pertama, sikap pendiam dan patuh ketika sedang membahas masalah dan isu-isu penting. Jika seseorang hanya mengikuti arus, mereka kemungkinan tidak akan menyuarakan perhatian yang lebih dalam atau menyuarakan pendapat. Hal ini cukup berbahaya karena masalah dibiarkan tidak terselesaikan dan kekhawatiran orang itu dapat memburuk dan meledak di kemudian hari.
Kedua, penngunaan kata-kata ‘saya’ dan ‘kita’. Jika seseorang berbicara tentang bagaimana mereka melakukan atau tidak menginginkan sesuatu dan bagaimana orang lain melakukan atau tidak melakukan sesuatu, pantas dicurigai jika orang itu berperilaku pasif-agresif. Seorang anggota tim yang sejati melihat segalanya dari sudut pandang tim dan akan menggunakan istilah ‘kita’ daripada ‘saya’ dalam percakapannya.
Setelah kita bisa mengidentifikasinya, katakan saja hal yang sebenarnya. Sebaiknya kita menggunakan kalimat seperti, “Saya merasa kami tidak mendapatkan dukungan penuh dari Anda dan sekarang Anda tidak mendukung prioritas yang kami coba terapkan, apakah itu masalahnya?”
2.Memintanya untuk merubah perilaku
Kita mesti memperjelas apa yang kita inginkan di masa depan. Mintalah orang itu untuk merubah perilakunya. Tunggu apakah dia bersedia menerima permintaan kita atau malah mengatakan dia tidak mau berubah. Jika hal yang kedua terjadi, maka kita memiliki masalah lain untuk diselesaikan. Kita perlu memutuskan apakah orang tersebut akan terus dipertahankan dalam tim.
Permintaan kita memiliki dua arti. Pertama, kita ingin memperjelas bahwa semua anggota tim mesti mendukung dan bekerjasama untuk mengimplementasikan keputusan dan prioritas yang telah diputuskan bersama. Tidak boleh ada alasan lain tentang hal ini. Kedua, minta orang itu untuk lebih vokal dan berkontribusi lebih banyak dalam diskusi. Pastikan bahwa dirinya telah menyuarakan semua keprihatinannya.Kalau tidak, biarkan dia pergi.
3.Memahami kontribusi kita
Kita harus memastikan bahwa semua anggota tim sudah didengar pendapatnya dan tim juga sudah melakukan diskusi yang menarik. Setelah itu kita perlu melakukan sesuatu yang berbeda. Berusahalah agar kita dapat menciptkan suasana kerja yang lebih baik sehingga bisa mendorong orang lain untuk melakukan perubahan.
4. Mendengarkan komitmen semua anggota tim
Saat mendiskusikan keputusan dan arahan,kita mesti memberikan perhatian ekstra pada gagasan yang muncul.. Pastikan semua orang diberikan kesempatan untuk berbicara tetapi dan dorong mereka untuk menyuarakan keprihatinan dan pendapatnya. Jangan biarkan mereka untuk menghindari berbicara. Bahkan jika perlu, kita harus rela menunggu beberapa menit. Meskipun kita mungkin merasa stres saat melalui proses ini, kita akan mendapatkan hasil yang lebih baik nantinya.
5. Mengatasi masalah yang sebenarnya
Terkadang ada masalah nyata mengapa perilaku pasif-agresif seseorang muncul. Meskipun ini bukan alasan, pertimbangkan apa yang mendorong perilaku tersebut dan coba untuk mengatasi masalah itu secara konstruktif. Namun, jangan biarkan tindakan itu mengalihkan perhatian kita dari masalah yang sebenarnya. Keduanya harus ditangani secara langsung.
Perilaku pasif-agresif tidak selalu mudah dikenali dan terkadang lebih sulit untuk dihadapi. Dan ada kemungkinan bahwa perilaku itu tidak akan berubah. Hal yang paling penting adalah menemukannya lebih awal dan mengatasinya dengan segera sehingga kita dapat meminimalkan dampak buruknya pada budaya tim kita.
Sumber/foto : inc.com/thebalancecareers.com