Enam Cara Membentuk Budaya Inovasi di Organisasi
Pendorong utama dari entrepreneurship adalah inovasi, dengan adanya inovasi maka para pengusaha akan dapat berkembang jauh lebih baik. Menurut pendapat Peter Drucker inovasi adalah perlengkapan yang harus dimiliki oleh setiap pengusaha, dan mereka harus memanfaatkan perubahan sebagai sebuah peluang untuk bisnis.
Menurut Ric Kelly, pengusaha dan juga penulis Constructing Leadership 4.0: Swarm Leadership and The Fourth Industrial Revolution (Palgrave Macmillan) menuliskan bahwa dalam sebuah riset McKinsey disebutkan 94 persen dari responden kalangan eksekutif, merasa tidak puas dengan inovasi yang telah dilakukan oleh perusahaan mereka. Sebanyak 85 persen dari paara pengusaha di dunia menyatakan bahwa mereka merintis usaha berdasarkan ide dan konsep dari orang lain, bukan merupakan ide asli dari mereka sendiri.
Hal tersebut menunjukkan bukti kegagalan dalam kepemimpinan sebuah usaha yang dirintis. Karena dalam mendirikan sebuah usaha pemimpin memainkan peran penting, dalam menciptakan lingkungan yang tepat agar inovasi berkembang. Mereka dapat melakukannya pada level organisasi ataupun pada tingkat personal atau perseorangan.
Ada banyak cara strategis yang dapat dilakukan oleh para pemimpin dalam mempengaruhi arus inovasi dan gagasan. beberapa diantara adalah dengan cara sebagai berikut :
1.Memberikan Pengakuan dan Penghargaaan atas Inovasi
Mempromosikan inovasi dan gagasan harus ada di setiap jiwa seorang pemimpin, untuk itu setiap karyawan harus didorong melakukan inovasi yang dapat membantu tugas mereka sehari-hari. Setiap gagasan atau inovasi harus mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari pimpinan, dalam bentuk haadiah ataaupun kompensasi tertentu.
2.Menciptakan Kreativitas Melalui Kerjasama
Vijay Govindarajan menyebutkan bahwa krativitas dan inovasi dapat dilakukan dalam bentuk kerjasama ataupun akusisi sebuah bidang usaha, seperti yang dilakukan ketika perusahaan animasi Pixar diakuisisi oleh Disney yang kemudian menimbulkan semangat baru pada tim dari Disney dalam berkreativitas.
3.Meluangkan Waktu untuk Inovasi
Pada tahun 1948, 3M meluncurkan 15 Percent Program yang menganjurkan kepada setiap karyawan guna menyediakan 15 persen dari waktunya untuk menciptakan inovasi. Hasilnya mereka beerhasil menciptakan konsep Post-It Note yang terkenal. Hal ini kemudian juga diikuti oleh Hewlett-Packard dan Google, yang akhirnya berhasil menciptaakan produk Google Earth dan konsep Gmail.
Selain melakukan pendekatan melalui level organisasi, hendaknya pemimpin juga melakukannya pada tingkatan personal. Ini dapat dilakukan melalui beberapa metode dengan cara berinteraksi secara langsung dengan karyawan, diantaranya adalah
4.Meningkatkan Komunikasi
Seorang pemimpin biasanya melakukan komunikasi dengan cara berdebat dan berdiskusi, namun demikian kedua kata kerja ini memiliki arti negatif. Untuk menghindarinya pemimpin ataupun atasan bisa mempergunakan pendekatan yang lebih fleksibel, misalnya dengan mengadakan dialog atau komunikasi dua arah. Dialogue sendiri berasal dari bahasa Yunani dialogos, yang berarti memberikan pengertian. Hal tersebut bukan hanya kata yang bersifat semantik semata, karena ini lebih banyak menunjukkan dari inti kepemimpinan modern yang menekankan pada pengertian memperluas wawasan. Untuk itu pemimpin harus bisa menfasilitasinya agar ide dan inovasi dapat terus berkembang dengan baik.
Menurut William Issacs, dialog merupakan bentuk lain dari kegiatan berpikir dan refleksi secara bersama. Ini lebih berfokus kepada apa yang akan kita kerjakan bersama dengan orang lain, bukan melakukan sesuatu sesuai denga perintah pimpinan.
Terkadang seorang atasan lebih mementingkan statusnya sebagai pemimpin yang memiliki kekuasaan atas segala hal di kantor, ini kemudian dapat membuat banyak ide dan inovasi yang ada menjadi terhambat. Inovasi dan ide baru akan dapat berkembang ketika kita memiliki rasa keingintahuan yang besar dan bebas mengutarakan semua gagasan dan pemikiran yang kita miliki. Untuk itu pemimpin harus bisa melihat proses dialog ini sebagai upaya menumbuhkan inovasi, dengan cara memberikan dukungan kepada mereka.
5.Jangan Berasumsi ataupun Berprasangka Buruk
Pemimpin yang baik harus belajar untuk menahan diri, dalam mengolah informasi dan memberikan penilaian atas dasar intreprestasi mereka sendiri. Penilaian yang prematur ataupun prasangka buruk akan dapat membuat proses inovasi mengalami kemacetan.
Menurut Chris Argyris’ dalam bukunya Ladder of Inference dan Edward do Bono’s Six di Thinking Hats menyebutkan bahwa menghindari prasangka buruk dan selalu bersikap terbuka, merupakan kunci dalam menumbuhkan inovasi.
6.Selalu Mendengarkan
Pemimpin yang mau mendengarkan aspirasi dari karyawannya, dapat mendorong mereka untuk lebih aktif dalam berinovasi. Karena dengan meluangkan waktu yang lebih banyak untuk mendengarkan mereka, maka karyawan akan merasa lebih dihargai. Akibatnya mereka akan merasa nyaman dalam menumbuhkan ide dan gagasan secara bebas.
Demikian pula sebaliknya, apabila pemimpin selalu merespon negatif ataupun menginterupsi setiap gagasan yang disampaikan. Maka hal tersebut akan membuat proses kreativitas mereka menjadi terhambat. Sehingga daripada banyak memberikan komentarnya, lebih baik seorang pemimpin menjadi pendengar yang baik.
Dalam menghadapi persaingan global, ketrampilan dalam berinovasi menjadi sebuah keunggulan tersendiri dan ini bisa dicapai dengan bantuan pemimpin yang baik. Antara lain dengan menumbuhkan lingkungan dan budaya perusahaan yang kondusif, bagi perkembangan inovasi di organisasi ataupun bidang usaha.
Sumber/foto : entrepreneur.com/
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS