Bagaimana Strategi Merancang Benefit Untuk Pekerja Milenial
Bicara tentang SDM, sekarang ini industry bisnis memiliki tantangan baru, dimana perusahaan-perusahaan tengah gencar-gencarnya menarik minat talent, memaksimalkan potensi dan juga memberikan benefit yang sesuai dengan harapan serta kebutuhan sehingga meningkatkan loyalitas terutama generasi milenial. Seperti yang diketahui bahwa, generasi milenial saat ini menjadi kelompok terbesar dari semua tenaga kerja. Lebih tepatnya, mereka mewakili sejumlah besar tenaga kerja yang ada di luar sana.
Kehadiran generasi milenial di dunia kerja memang memberikan warna tersendiri. Jumlahnya yang mencapai hampir setengah dari keseluruhan pekerja khususnya di Indonesia, membuat cara kerja di suatu perusahaan mau tidak mau beradaptasi dengan karakteristik generasi millennial untuk memaksimalkan potensi, termasuk bagaimana memberikan benefit yang tepat untuk mereka.
Seperti halnya yang disampaikan oleh Sandy Ariyadi Eko W., Head of People & Culture PT Indonesia Air Asia bahwa salah satu karakteristik milenial di tempat kerja adalah mereka yang serba praktis, simple, target yang jelas namun hal itu bisa berdampak kuat bagi mereka. Baik perkembangan kualitas dan karir maupun kenyamanan mereka di tempat kerja. Benefit yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan sendiri bisa berupa uang maupun non uang. Seperti halnya lingkungan hidup dan kerja yang nyaman hingga suatu engagement tertentu yang diberikan perusahaan.
“Benefit kan bisa uang dan non uang ya. Jadi kalau misalnya mereka memiliki sesuatu yang mungkin kaitannya lingkungan hidup misalnya atau sosial atau kontribusi mereka terhadap sesuatu, mungkin bisa ditunjukkan disitu. Jadi benefitnya itu macem-macem, bisa jalan-jalan atau satu engagement tertentu. Saya piker itu yang cocok dengan milenial sekarang, yang simple tetapi langsung kelihatan hasilnya”, ujar Sandy.
Lebih lanjut, diantara banyak benefit yang diberikan kepada pekerja milenial, ada dua hal yang bisa diberikan oleh perusahaan menuru Sandy. Hal itu adalah fleksibilitas waktu dan financial planning.
Fleksible time atau fleksibel waktu menurut Sandy, karyawan tidak dipatokan harus kerja sesuai waktu yang ditentukan. Mereka dibebaskan waktu untuk bekerja namun dengan hasil kerja yang sesuai dengan target.
“Mereka suka yang fleksibel, tidak harus datang pagi tetapi pekerjaan beres, atau mau pulang sampai malem tetapi dengan fasilitas tersedia”, ungkapnya.
Kemudian untuk financial planning, dalam artian karyawan memiliki fasilitas untuk berkonsultasi, diskusi atau sekadar mengobrol bagaimana mereka mengelola keuangan mereka.
“Saya kira itu penting ya. Dan kedua benefit itu yang paling oke untuk milenial sekarang menurut saya,” tutupnya.(Artiah)