Achievers Workforce Institute : Kompensasi dan Benefit Menjadi Fokus 52% Pencari Kerja Baru
Sudah setahun lebih pandemi Covid melanda seluruh dunia, dampaknya kini semakin meluas dan mengakibatkan banyak perusahaan mulai melakukan restrukturisasi organisasi mereka. Perampingan tersebut membuat banyak orang mulai mencari lapangan kerja baru di tahun 2021.
Menurut laporan dari Achievers Workforce Institute dalam penelitian 2021 Engagement & Retention yang dilakukan terhadap sekitar 2000 responden pada Februari 2021, mendapatkan hasil, dalam mencari pekerjaan baru mereka sangat memperhatikan faktor kompensasi dan benefit dan hal ini dilakukan oleh 52% responden.
Menurut Natalie Baumgartner, yang juga merupakan kepala penelitian menjelaskan, organisasi harus mulai memfokuskan diri pada upaya untuk menarik lebih banyak talent yang berkualitas dan mulai meningkatkan nilai kompensasi dan benefit agar karyawan tidak meninggalkan mereka.
Penelitian itu juga menyebutkan bahwa hanya 21% dari responden yang merasa ‘engage” dengan perusahaan dan kurang memiliki keinginan untuk berpindah kerja. Hasil penelitian tersebut tentunya akan membuat banyak organisasi, perlu mengatir ulang strategi dan kebijakan mereka dalam pengelolaan karyawan di masa mendatang.
Sementara itu 66% karyawan percaya bahwa peningkatan dan penerapan budaya kerja yang lebih baik, akan membuat mereka lebih betah bekerja. Sedangkan 52% laonnya menginginkan agar atasan mereka meningkatkan keberagaman dan inklusi di dalam organisasi.
Selain itu satu dari lima karyawan saat ini merasa kurang mendapatkan penghargaan atas kontribusinya, sementara lebih dari dua pertiga (69%) merasa hubungan mereka dengan manajer mereka akan membaik jika mereka mau melakukan interaksi yang lebih intens. Menurut mereka penghargaan di tempat kerja juga memiliki peringkat yang tinggi dalam sebuah hubungan atasan dengan karyawan di dunia kerja.
Sementara itu 60% pengusaha menyatakan bahwa mereka menginginkan adanya feedback, karena banyak diantara karyawan tidak secara aktif memberikan feedback secara memadai.
Lebih dari sepertiga (34%) karyawan mengatakan bahwa manajer/karyawan telah berusaha meningkatkan feedback secraa signifikan dalam hubungan kerja. Sementara itu 18% dari responden menyebutkan bahwa manajer/karyawan tidak melakukan upaya apapun untuk menindaklanjuti feedback tersebut.
Sekitar 51% dari responden yang melakukan pola kerja fleksibel menyebutkan bahwa atasan meragukan produktivitas mereka ketika melakukan pekerjaan jauh dari kantor. Hal inilah juga yang menyebabkan sekitar 44% responden, ingin tetap mempertahankan sistem kerja jarak jauh.
Selain itu 42% juga merasa bahwa mereka semakin terputus dari perusahaan dan kolega, sementara 38% lainnya mengatakan bahwa mereka justru merasa lebih terhubung sejak dimulainya pandemi dan ketika mulai mengadopsi sistem kerja WFH>
Hal lain yang berubah menurut responden adalah budaya kerja dimana 42% responden yang mengatakan bahwa budaya perusahaan telah berkurang sejak awal pandemi. Sebagian besar karyawan menyalahkan kurangnya komunikasi (26%) atau kurangnya upaya untuk membuat karyawan dengan sistem WFH merasa lebih terhubung (25%).
Baumgartner menambahkan bahwa pada saat ini para pemimpin SDM menghadapi tantangan unik saat ini, dan perlu memprioritaskan faktor teratas untuk meningkatkan keterlibatan, retensi, serta kepuasan karyawan.
Untuk itu Achievers Workforce Institute merekomendasikan organisasi untuk menerapkan teknologi yang menyatukan pengalaman karyawan. Misalnya, dengan menyatukan sumber daya, alat dan teknologi yang dibutuhkan karyawan agar merek amerasa lebih engage.
Selain itu organisasi juga perlu berinvestasi pada alat untuk mendukung tindakan setelah penerapan feedback. Karena ini akan mendukung manajer dan pemimpin dalam mengubah feedback karyawan menjadi wawasan yang dapat ditindaklanjuti.
Achievers Workforce Institute menyebutkan bahwa work-life balance, sangat penting untuk perekrutan dan retensi. Untuk itu organisasi harus mulai berupaya guna mengingkatkannya dengan bertanya kepada karyawan, baik dalam pertemuan satu-ke-satu atau melalui survei internal, apakah mereka merasa mampu menyeimbangkan pekerjaan dan komitmen pribadi mereka. Jika tidak, tanyakan bagaimana cara mereka bisa mendapatkan dukungan yang lebih baik.
Selain itu organisasi juga perlu membangun penghargaan kerja yang lebih baik, karena ini adalah cara termudah dan paling efektif untuk meningkatkan perasaan engage di seluruh perusahaan. Pemberian penghargaan ini tentunya harus didukung oleh semua pihak yang terlibat dan memastikan bahwa ucapan “Terima Kasih” yang sederhana sekalipun akan sangat bermanfaat.
Untuk dapat melakukan hal ini maka organisasi juga perlu melatih manajer, guna memahami seperti apa penghargaan yang efektif dan meminta pertanggungjawaban mereka untuk berinteraksi dengan tim mereka secara teratur.
Sumber/foto : hrmasiamedia.com/certifiedtalent.co.za
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS